Gus Ipul : Hanya ada di Indonesia, Berbeda tapi Hidup Berdampingan
Wakil Gubernur Jawa Timur Saifullah Yusuf (Gus Ipul) mengajak kaum Kristini bersyukur atas sesuatu yang hanya ada di Indonesia. Sesuatu yang khas itu, kata Saifullah Yusuf, berupa adanya berbagai kelompok yang berbeda tapi bisa hidup berdampingan secara damai.
"Hanya di Indonesia berbagai pemeluk agama hidup berdampingan dan saling toleran. Indonesia satu-satunya negara di dunia yang semua agama dihormati dengan cara menjadikan hari besar semua agama sebagai hari libur nasional" kata Gus Ipul, Senin 25 Desember 2017 malam saat memberi sambutan di hadapan seribu lebih jema'ah Majelis Umat Kristen Indonesia (MUKI) Jatim di Hotel Ijen Malang.
Agar suasana penuh kedamaian ini terus terjaga, kata Gus Ipul, maka semua pihak memikul tanggungjawab yang sama, agar dengan segala ikhtiar dapat menjaga keutuhan PBNU. "PBNU itu kepanjangannya adalah Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, NKRI dan UUD 1945," kata Gus Ipul disambut tepuk tangan para jemaah.
Mengutip Presiden ke-4 RI, KH Abdurrahman Wahid, Gus Ipul mengatakan, paling kurang ada tiga cara untuk menjaga keutuhan PBNU. Yakni saling menjaga, saling menyadarkan dan saling menyabarkan. Artinya, ujar Gus Ipul, semua kekuataan bangsa mesti menjaga kekayaan Indonesia berupa kesiapan hidup berdampingan secara damai meski ditakdirkan berbeda-beda.
Selanjutnya, ujar Gus Ipul, semua pihak harus selalu memupuk sikap saling menyadarkan bahwa tantangan yang dihadapi bangsa tidak ringan akibat, antara lain, dampak perkembangam teknologi yang tak mungkin dihindari. "Kenyataan menunjukkan, teknologi kerap memiliki sisi negatif sehingga keberagaman kita sering mengalami gangguan. Hate speach salah satu contoh," jelas Gus Ipul.
Gus Ipul lantas mengajak segenap anggota masyarakat untuk secara tulus saling menyabarkan. Bangsa ini, katanya, ditakdirkan memiliki banyak perbedaan dalam banyak hal. "Sabar atas karunia perbedaan adalah sikap yang harus senantiasa kita perkuat," kata Gus Ipul di acara yang juga dihadiri Wali Kota Malang, Mohammad "Abah" Anton itu. (wah)