Gus Dur Sendirian, dan Bersama Orang-orang yang Dilukai
Nilai-nilai ajaran yang disampaikan KH Abdurrahman Wahid tetaplah relevan dengan zaman. Setidaknya, selama ketidakadilan masih bercokol di bumi, wasiat dan ajaran Gus Dur terus bisa dikobarkan oleh generasi sesudahnya.
KH Husein Muhammad, seorang ulama di antara yang akrab dengan Gus Dur dan turut berjuang membela kalangan yang terpinggirkan, mempunyai catatan elok yang patut direnungkan bersama (Redaksi):
Gus Dur Sendirian
Sering kita menyaksikan, sikap perlawanan KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) terhadap ketidakadilan dan pembelaannya bagi individu atau kelompok tertindas dilakukan sendirian saja. Dia berjalan sendiri tanpa ada siapa-siapa di sampingnya, meski jiwanya berada dalam ancaman kematian.
Dalam kasus pembredelan tabloid Monitor dan kasus buku “the Satanic Verses”, yang bikin kemarahan muslim sedunia, karena dianggap merendahkan dan menciptakan citra buruk Nabi yang mulia, misalnya, Gus Dur tak menemukan mata lain yang penuh pengertian. Gus Dur tak peduli. Ia terus saja melangkah dengan tegar dan tenang. Seorang sufi berkata: “ Ia yang jiwanya telah mencapai kesadaran yang matang, bantuan eksternal tak lagi diperlukan”.
Sufi lain bilang : “La Yakhafu Lawmata Laa-im” (dia tak gentar terhadap mata orang-orang yang penuh kebencian). Dan Gus Dur sanggup menjalaninya seorang diri dengan tegar, tak ada seorang teman yang menemaninya, karena dia telah matang.
(Sang Zahid, 55)
Gus Dur Bersama Mereka Yang Dilukai
Ketika para pengikut Ahmadiah diusir dan masjid-masjid mereka hendak dirobohkan, Gus Dur hadir bersama mereka. Ketika Gereja-gereja dilempari batu, ia berteriak “jangan”. Ketika Inul Daratista dihujat ramai-ramai karena dia meliuk-liukkan tubuhnya bagai bor, dia “memeluk”nya dengan hangat. Ketika Dorce Gamalama disorak-sorai karena berganti kelamin, dia mengajaknya bicara dengan lembut dan penuh kasih. “Jika itu adalah dirimu, teruslah bekerja dan lakukan hal-hal yang baik untuk orang lain”, katanya. (sang Zahid )
Gus
Masih segar di ingatanku
Kau kikis kerasnya dinding beku
Kau beri tempat yang terpinggirkan
Kau beri ruang pada yang terbuang
Jadikan dirimu perisai kemanusiaan
Oh, Selamat Jalan
Selamat Jalan, kekasih
(06.10.22/HM)