Gus Dur Larang Kader Politik ke Senayan, Tiga Humor Karakter Bohong Politisi
1. Gus Dur Larang Mahfud MD dan Khofifah Duduk di Senayan
Seorang politikus memang tercipta karena karakternya yang khas: pembohong. Ini menjadi anekdot Gus Dur ketika mencegah empat orang kadernya untuk duduk di kursi legislatif di Senayan: Mahfud MD, Khofifah Indar Parawansa, Alwi Shihab dan Muhammad Atho'illah Shohibul Hikam alias M. AS. Hikam.
"Kalian tak usah menjadi anggota DPR-RI. Nanti ada tempat dan jabatan yang kita siapkan," kata Abdurrahman Wahid, nama lengkap Gus Dur.
"Lho, kenapa si... (menyebut sejumlah nama elite politik saat itu?," tanya Mahfud MD.
"Lho, kalau mereka memang sudah cakap berbohong," jawab Gus Dur, pendiri Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) yang kemudian menjadi Presiden ke-4 RI.
2. Menolong Politisi Tenggelam
Sesudah berusaha dengan sekuat tenaga, 3 anak muda akhirnya telah berhasil menolong nyawa seorang politikus yang saat itu sedang tenggelam di sungai. Politikus itu sangat berterima kasih kepada mereka. Untuk membalas budi mereka, ia menyanggupi akan membantu mereka mengerjakan sesuatu.
Anak muda pertama: "Aku mengharapkan bisa masuk US West Military Academy, tapi sayangnya hasil pelajaranku biasa-biasa saja."
Politikus: "Ini tak masalah. Aku bisa membantumu."
Anak muda yang kedua: "Aku telah mengajukan permohonan untuk masuk Harvard University, tapi akhirnya gagal."
Politikus: "O, anakku, kamu sedikit pun tak usah khawatir. Tahu beres."
Anak muda yang ketiga: "Saya menginginkan bisa dikubur di Pemakaman Umum Nasional."
Politikus itu tak habis mengerti, ia menanya: "Mengapa kamu akan pergi ke sana?"
"Kalau Bapak saya mengetahui saya telah menolong Anda, maka ia tentu akan menghabisi nyawa saya." Jawab anak muda itu.
3. Cara Menjadi Politikus
Pada suatu hari, ada orang menanya Perdana Menteri Inggeris: "Apa syarat-syaratnya untuk menjadi seorang politikus.?"
Perdana Menteri menjawab: "Politikus harus bisa meramalkan hari besok, bulan depan, tahun yang akan datang, dan beberapa hal ikhwal yang mungkin akan terjadi kelak."
Orang itu menanya lebih lanjut: "Kalau sampai waktunya, hal yang diramalkan tersebut tidak juga terwujud, bagaimana? Apa yang harus kita perbuat?"
Perdana Menteri berkata: "Nah, saat itu sudah sewajarnya kita perlu mencari dan membuat suatu alasan yang rasional."
Advertisement