Gus Dur hingga Kini Mampu Mengislamkan Orang, Ini Faktanya
Gagasan KH Abdurrahman Wahid tentang humanisme tetap aktual. Salah satu sumbangan terbesar Gus Dur bagi bangsa ini adalah gerakan dan pemikirannya yang konsisten dalam menjunjung tinggi kemanusiaan.
Dalam pandangan Gus Dur, keimanan dan keberagamaan seseorang menjadi tidak begitu berarti manakala ia hanya mementingkan dirinya sendiri, mabuk dalam ritus-ritus formal, atau tenggelam dalam dzikir dan khalwat.
“Keyakinan tauhid seseorang dan ketaatannya kepada syariat mesti berwujud dalam kecintaannya kepada sesama manusia.” Demikian Gus Dur suatu ketika menulis.
Kata “kecintaan kepada sesama manusia” selanjutnya menjadi semangat yang melandasi pemikiran dan gerakan yang dilakukan oleh Gus Dur.
Bagi Gus Dur, menjunjung tinggi martabat manusia dengan memberikan perlindungan bagi yang tertindas merupakan bagian dari upaya untuk meninggikan martabat agama. Agama ‘diberlakukan’ oleh Tuhan pada dasarnya untuk manusia, bukan untuk Tuhan.
Karena kecintaan kepada sesama manusia inilah, Gus Dur tetap mengundang pesona hingga kini. Bahkan, dengan gagasannya itu, Gus Dur masih menjadi inspirasi dalam mengislamkan orang. Gus Dur, meskipun telah berada di alam barzakh, mampu menjadikan seseorang mendapat hidayat Allah Swt, sehingga masuk Islam dengan kesadarannya.
Kisah inilah menjadi buktinya:
Seorang laki-laki Buddhis keturunan etnik Tionghoa datang ke kantor PCNU Karawang. Ia dengan senyumnya, menyatakan keinginannya untuk memeluk Islam.
KH Ahmad Ruhyat Hasby, sang tamu ditanya tentang motivasinya melakukan konversi agamanya yang lama ke Islam.
Laki-laki itu menjawab, "Saya telah membaca buku biografi Gus Dur. Saya sampai pada kesimpulan bahwa beliau adalah seorang yang humanis, manusia yang mengenal kemanusiaan dan memanusiakan manusia. Saya kagum kepada beliau dan ingin memeluk agama yang dipeluk Gus Dur."
Meskipun mengaku telah membimbing lebih dari 25 orang bersyahadat, Kang Uyan --panggilan akrab Ketua PCNU Karawang-- mengaku merasa merinding mendengar pengakuan laki-laki yang ada di depannya itu. Gus Dur yang telah wafat bisa mengislamkan orang karena pikiran, sikap, dan tindakannya yang menyentuh sisi kemanusiaan.
"Lahulfatihah..." kata Akhmad Musta'in memberi kesaksian, pada akun facebook-nya, Rabu 17 Juni 2020, pk 11:11.
Catatan:
Dr Abdul Wahid, penulis buku Gus Dur: Mengarungi Jagat Spiritual Sang Guru Bangsa memberikan sejumlah catatan penting.
Gus Dur tidak henti-hentinya menegaskan bahwa kemanusiaan mesti mendapatkan tempat yang istimewa dalam kehidupan ini, apapun suku, bahasa, warna kulit, atau agama yang dianut. Segala bentuk yang bisa memberangus dan menghancurkan nilai-nilai kemanusiaan mesti terus dihindarkan dan dicegah bersama-sama. Gus Dur pernah menegaskan, “Walaupun atas nama agama (termasuk Islam), setiap kegiatan yang menyebabkan kegiatan kemanusiaan mengalami kemunduruan, haruslah dihilangkan.”
Dalam keyakinan Gus Dur, Tuhan yang ia sembah adalah Tuhan yang menyayangi dan mencintai semua makhluk. Dalam rangka meneladani sifat Tuhan yang Maha penyayang ini, ia berusaha untuk memberikan pelayanan sebaik-baiknya bagi hamba Tuhan yang lain, dari kalangan manapun: pengusaha, wartawan, politisi, ataupun rakyat biasa, yang dikenal atau tidak, yang Islam atau tidak.
Untuk memberikan pelayanan seperti ini Gus Dur tidak perlu melihat status agama, warna kulit, bahasa, suku, dan atribut lain yang sering menempel pada seseorang. Bahkan ia tidak segan membandingkan apa yang dilakukannya seperti yang dilakukan oleh gereja: sama-sama memberikan pelayanan kepada manusia. Ia pernah menyatakan, “Dalam tujuan saya sama dengan gereja, yaitu melayani kemanusiaan walaupun berbeda keyakinan.”
Advertisement