Gus Dur Semasa Hidupnya Suka Ziarah Kubur, Ini Alasannya
KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, selama ini dikenal sebagai sosok pemimpin yang toleran dan pembela kelompok minoritas yang termarjinalkan. Di balik kearifannya itu, Presiden ke IV RI ini mempunyai kesukaan yang tidak biasa dilakukan oleh orang lain. Kesukaan Gus Dur itu adalah ziarah ke makam ulama dan leluhur.
Berkunjung ke makam ulama dan para wali itu melekat pada diri Gus Dur sejak ia masih muda, di samping kegemarannya yang lain, seperti membaca buku dan menulis.
Kalau hatinya tiba-tiba tergerak ingin ziarah ke makam ulama yang dia kenal, saat itu pula Gus Dur berangkat, tidak bisa dicegah atau dihalangi oleh waktu, pagi, siang maupun malam.
Kelebihannya, Gus Dur hafal kalau di daerah yang dikunjungi ada makam ulama, di pelosok sekalipun. Ia tidak pernah membanding-bandingkan derajat ulama yang satu dengan lainnya. Rata-rata yang dikunjungi Gus Dur adalah makam ulama dan kiai kampung yang memberi manfaat bagi masyarakat sekitar.
Ada beberapa alasan yang membuat cucu pendiri NU almarhum KH Hasyim Asy'ari itu menyukai ziarah kubur.
Keinginan mendoakan supaya amal ibadah almaruh diterima Allah SWT, serta diampuni dosa dan kesalahannya adalah faktor yang menggerakkan Gus Dur. Selain itu, Gus Dur juga berharap ilmu dan kealiman orang yang diziarahi tersebut bisa menginsipirasi hidupnya.
Menurut Gus Dur, ziarah kubur itu tidak repot, berbeda dengan kalau berkunjung ke rumah seorang teman. "Dia bisa berbohong dan ngakali, sedang orang yang sudah meninggal dunia tidak bisa ngakali orang lain, jadi ziarah itu menyejukkkan hati, tidak membuat stres," kata Gus Dur disusul he...he...he...(tawanya yang khas).
Bukan hanya itu, bagi Gus Dur ziarah itu juga bisa jadi ukuran. Menurutnya, kalau di makam banyak peziarah, pertanda banyak orang sedang susah. Sebaliknya kalau tempat ziarah sepi, isyarat banyak orang senang, "Maka mereka larinya ke mal, bukan ke kuburan lagi," canda Gus Dur sambil tertawa ngakak.
Di tengah candanya, Gus Dur juga mengingatkan, ziarah kubur itu ada ilmunya supaya tidak menjadi sesat. Ia menegaskan, bahwa jangan sekali-kali minta pesugihan, penglaris dan jodoh kepada makam yang diziarahi. Seorang peziarah harus berdoa dan meminta apa yang kita inginkan langsung kepada Allah.
Di Jatim sendiri, ada seseorang yang sering menemani Gus Dur ziarah sampai berhari-hari, salah satunya adalah Khoirul Anam. Seorang tokoh yang pernah menjadi Ketua Gerakan Pemuda Ansor dan ketua PKB Jawa Timur.
Ia menceritakan jika Gus Dur pernah berziarah selama 38 jam nonstop dari Jombang sampai Sumenep, kecuali waktu istirahat makan dan salat.
Perjalanan ziarah waktu itu diawali dari makam kakeknya, KH Hasyim Asy'ari, dan makam ayahnya, KH Wahid Hasyim, di kompleks Pondok Pesantren Tebu Ireng, Jombang.
Dari Tebu Ireng menuju Pondok Pesantren Mambaul Maarif Denanyar, ziarah di makam ulama besar KH Bisri Samsuri. Kemudian dilanjutkan ke Pondok Pesantren Bahrul Ulum, Tambak Beras untuk berziarah ke makam KH Wahab Hasbullah salah satu ulama besar yang ikut mendirikan NU.
Dari Jombang menuju pelosok desa di Trowulan. Gus Dur berzarah di sebuah makam sederhana, di bawah pohon rindang. Gus Dur menyebut makam seorang ulama yang oleh kerabat dari Kerajaan Mojopahit. "Tidak banyak yang tahu, kalau di tempat ini ada makam seorang ulama," kata Gus Dur waktu itu tanpa menyebut nama ulama tersebut.
Saking seringnya berziarah kubur, Gus Dur tahu betul di mana lokasi makam ulama meski lokasinya terpencil. Dari situ Gus Dur melanjutkan perjalanan ke makam-makam ulama lainnya hingga ke ujung Pulau Madura, Sumenep.
Megawati Heran
Gus Dur juga pernah mengajak Ketua Umum PDI Perjungan Megawati Soekarno Putri ziarah ke Makam Sunan Ampel di Surabaya. Megawati sempat heran melihat orang orang berebut salaman dengan Gus Dur dan ada yang menyelipkan uang ketika bersalaman dan mencium tangan Gus Dur. "Lumayan Mas Dur, bisa untuk membeli kopi," kata Megawati, canda Mega setelah Gus Dur memperlihatkan uang di genggaman tangannya.
"Ini bagian dari tradisi NU kalau santri ketemu kiainya, ngalap berkah sambil salam tempel" jawab Gus Dur. Megawati pun kembali tersenyum mendengar penjelasan Gus Dur. Peristiwa ini terjadi sebelum Gus Dur dan Megawati gantian menjadi presiden.
Gus Dur yang suka berkunjung ke makam itu, sekarang makam Gus Dur di komplek Pondok Pesantren Tebu Ireng Jombang ganti yang diziarahi pengagumnya yang datang dari berbagai latar belakang agama dan komunitas. (asm)