Gus Baha: Musibah bila Santri Tak Mengenal Kitab Mbah Hasyim
KH Ahmad Bahauddin Nursalim (Gus Baha) mengingatkan, merupakan musibah bagi warga Nahdliyin bila tidak mengenal kitab dan nasihat-nasihat Hadlratussyaikh KH Muhammad Hasyim Asy'ari, pendiri Nahdlatul Ulama.
"Ya, musibah. Warga NU membaca tulisan Gus Ulil, Nusron bahkan Abu Janda tapi tidak tahu naskahnya Mbah Hasyim Asy’ari," tutur Gus Baha, dalam acara digelar di Ma'had Aly Tebuireng Jombang, Minggu 15 November 2020.
Dalam kesempatan itu, Gus Baha tampil bersama Dr KH Mustain Syafii, Mudhir Madrasatul Quran Tebuireng Jombang. Juga dihadiri KH Abdul Hakim Mahfudz, Pengasuh Pesantren Tebuireng Jombang, pengganti KH Salahuddin Wahid (almaghfurlah).
"Saya hanya ingin, tradisi ilmiah di NU itu kembali. Kiai tidak boleh diatur orang kaya," tuturnya.
Jika tidak, NU bisa habis (orang alimnya).
Saya di NU ditugasi ini, bukan yang lain. Maka, saat saya di Lirboyo, saya bilang “Gus Kafa, saya lebih senang disambut empat santri yang benar-benar niat ngaji, daripada banyak santri yang niatnya tidak jelas.“
Kemudian, setiap kali saya ke Lirboyo, anak, mantu, cucu dikumpulkan dulu ngaji sama saya. Jika, kita 5 tahun saja memulai. NU akan hebat. Jika bukan anak kita yang jadi alim, cucu kita akan jadi ulama. Itulah NU.NU itu harusnya melahirkan kiai allamah, bukan kiai mubaligh seperti sekarang. Dan saya melihat sudah lampu merah.
Padahal di zaman kakek saya, bahasa Arab itu seperti bahasa Jawa. Saya punya tulisannya Mbah Hasyim Asy’ari yang surat-suratan dengan kakek saya dengan bahasa Arab.
Keilmuan, kealiman ini jangan habis. Dulu para pendiri, kakek kita, allamah, punya naskah. Jika kita terus begini, bisa habis.
Demikian pesan Gus Baha' kepada para santri dan kaum santri yang tersebar luas di tengah masyarakat di bumi Nusantara.