Gus Baha': Jika Ingin Duniamu Tak Habis, Sedekahkan
Khutbah Jumat tersingkat sepanjang sejarah adalah khutbah Syaikh Sudani Abdul Baqi Al-Mukasyifi. Waliyullah dari negeri seribu Darwis. Di dalam khutbahnya beliau hanya bertausiyah :
“Satu suapan di perut seorang yang kelaparan itu lebih baik daripada membangun 1000 masjid jami”.
Terkait khotbah ini, mempunyai kaitan erat dengan pesan-pesan pengajian Gus Baha', kiai muda Pengasuh Pesantren Al-Quran, di Narukan, Rembang, Jawa Tengah.
Dalam pengajian KH Bahauddin Nursalim (Gus Baha'), Ngaji Kitab Al-Hikam, karya Ibnu Atha'illah As-Sakandari (60-64), disebutkan:
"Tidak akan subur cabang-cabang kehinaan, kecuali karena adnaya bibit ketamaan".
Paham ya kaidah dunia? Apa itu?
"Jika ingin duniamu tidak habis, sedekahkan."
Tapi sekarang orang agak tidak mengikuti Nabi Muhammad SAW, ketika sedekah takut hartanya habis. Itu terbalik.
Hartamu itu hanya tiga: yang kamu makan jadi tinja, yang kaubelikan baju jadi usang/rusak, dan yang kau sedekahkan jadi abadi.
Karena itu tidak ada wali, tidak ada orang alim kecuali suka bersedekah. Sebenarnya jenis ini juga agak tamak, karena mendepositokan harta hanya buat akhirat.
Demikian pesan-pesan Gus Baha'.
Catatan:
KH Bahauddin Nursalim mempunyai perjalanan panjang sebelum dikenal seperti sekarang. Berdasarkan keterangan Gus Qowim Musthofa yang mengaji di Gus Baha' mulai 2008, saat itu memang Gus Baha' secara acak memilih kitab kajian saat pengajian sore.
Sekilas sejarah Pondok Pesantren Izzati Nuril Quran, Bantul. Berdasarkan keterangan dari Kiai Ahmad Khotib Fahrurrozi (alumnus pengajian Gus Baha' yang boyong tepat tiga hari sebelum gempa Bantul).
2005: Gus Baha' masih tinggal di Desa Wonokromo. Selama ngaji di Wonokromo, Gus Baha' tidak memakai pengeras suara.
Pada 27 Mei 2006: Gempa bumi di Bantul dan Jogja. Setelah gempa Yogya, Gus Baha' pindah lokasi ngaji ke Dusun Bedukan, Desa Pleret, yang kemudian menjadi cikal bakal PP Izzati Nuril Quran.
Pada 2008, Cerita Gus Gus Qowim Musthofa (santri Gus Baha' sejak 2008): Pada 2008, musala masih kecil dan terkesan biasa saja, yang hadir kira-kira baru ada 50-an jemaah.
Waktu itu masih ada yang ngrekam pake recorder kaset/walkman. Handphone juga sudah ada, tapi hanya beberapa.
Pengajian tafsir masih juz 6 surat Al-Maidah. Untuk pengajian sore masih acak, semaunya Gus Baha': kadang Ihya, kadang Bukhari, kadang Muslim, kadang I'anah, kadang juga Hikam.
"Untuk ngaji Selasa pagi khusus ngaji Hikam, karena permintaan dari salah satu guru saya, KH. Ashim Nawawi Bantul (hafidahullah ta'ala)," tutur Mas Amin, dalam akun facebook-nya.