Gus Ali: Insya Allah Masuk Ramadhan Corona Pergi
Dalam kegiatan Doa Bersama NU sedunia, para Kiai-Kiai NU memberi nasihat sebagai bekal batiniah bagi kita semua untuk menghadapi Pandemi Covid-19 alias Virus Corona pada 9 April 2020 malam lalu.
Salah satu Kiai yang memberi pesan-pesan Islam adalah KH. Agoes Ali Masyhuri, Pengasuh Pondok Pesantren Bumi Shalawat Sidoarjo. Berikut transkip nasihat Gus Ali, di NU Channel:
Segala problema dan kesulitan yang melanda kita, bila kita sandarkan kepada Allah, akan jadi ringan dan mudah. Maka acara doa bersama ini merupakan langkah cerdas untuk mengetuk pintu langit.
Karena kita punya suatu keyakinan, tidak ada daya dan kekuatan, tidak ada daya dan kemampuan kecuali atas izin dan pertolongan Allah Swt.
Insyaallah atas berkah doa bersama di malam penuh berkah ini, wabah Corona dalam waktu relatif singkat akan diangkat oleh Allah Subhanahu wa ta'ala (Swt).
Allah tidak pernah menjanjikan langit terus cerah tanpa mendung. Allah tidak pernah menjanjikan air laut pasang terus tanpa surut. Tapi Allah telah menjanjikan, fa inna ma’al ‘usri yusra, wa inna ma’al ‘usri yusra.
Bersama kesulitan pasti ada kemudahan. Bersama penyakit pasti ada obatnya. Bahkan bersama musibah sekalipun, di sana ada berkah.
Insyaallah dengan berkah doa bersama di malam penuh berkah ini, wabah corona dalam waktu relatif singkat bakal diangkat Allah.
Insyaallah Ramadhan masuk, Pandemi Corona akan pergi.
Mengetuk Langit
Doa adalah tiang agama, penerang langit dan bumi. Jika umat ini mempunyai khazanah spiritual yang diwujudkan dengan doa, insyaallah solusi dari Allah akan turun, bencana akan diangkat. Karena senjata orang mukmin adalah doa.
Apabila seseorang mau berdoa, hal itu menunjukkan bahwa tiang-tiang agama yang di ada hati orang tersebut masih berdiri tegak. Semakin kuat keimanan seseorang, semakin kuat istiqamah dalam berdoa. Itulah kekayaan bangsa Indonesia yang sulit ditandingi bangsa-bangsa lain.
Kita banyak mengalami ketimpangan, bencana melanda di mana-mana, tapi di sisi lain, manusia mempunyai hubungan vertikal yang kuat kepada Allah, sehingga di sana banyak rentetan jalan keluar dan keberkahan senantiasa diberikan kepada manusia.
Melalui momen istighotsah ini mampu menjadi sebuah langkah cerdas dan positif bagi siapa pun yang hadir dan menyaksikan bahwa kekuatan doa dan kekuatan umat Islam tidak bisa dipandang sebelah mata.
Jaya dan tidaknya Republik Indonesia, sangat ditentukan dengan jaya dan tidaknya Islam di Indonesia. Jaya dan tidaknya Islam di Indonesia sangat ditentukan dengan jaya atau tidaknya Nahdlatul Ulama.
Kalau di Indonesia ini saya contohkan seperti bus, penumpang terbesar adalah umat Islam. Bila bus ini berjalan lancar dan aman, yang menikmati adalah umat Islam. Apabila bus ini jalannya oleng sampai nabrak dan terbakar, korban terbesar adalah umat Islam dan korban kedua adalah jamiyah Nahdlatul Ulama.
Kegiatan istighotsah ini jangan dipandang sekadar wirid dan dzikir. Akan tetapi sebuah upaya merangkul umat, menyatukan umat dalam satu barisan mengawal NKRI agar tetap utuh, mengawal ukhuwah wathaniyah (persaudaraan kebangsaan), basyariyah (persaudaraan kemanusiaan), nahdlyiyah (persaudaraan ke-NU-an), dan Islamiyah (persaudaraan keislaman).
Semuanya itu tetap dikawal dengan semangat, gairah dan kesadaran baru.
Advertisement