Gurihnya Bumbu Kacang Tahu Tek Legendaris Pak Da’ib di Jombang
Salah satu kuliner legendaris di Jombang yang patut dicoba saat akhir pekan adalah Tahu Tek Pak Da’ib. Kedai kuliner tersebut berlokasi di perempatan Desa Cukir Gang III, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang.
Tak sulit mengenali lokasinya, karena dari jauh tampak gerobak dengan lampu penerangan mini ala zaman dahulu kala. Aroma gorengan kacang dan bawang merah pun terasa kuat di hidung.
Tak jauh beda dengan tahu tek kebanyakan, yang membedakan warna bumbunya yang lebih terlihat coklat muda. Bumbu kacang itu ditaburkan di atas tahu dan lontong. Semakin sedap karena ada irisan tipis seledri dan rasa krenyes cambah pendek.
Pada gigitan pertama, lembutnya lontong dan tahu goreng bersatu padu dengan bumbu kacang. Kriuknya krupuk menambah kelezatan makanan khas Jawa Timuran itu. Tahu tek yang seporsinya hanya Rp8 ribu itu siap dilahap.
Rupanya, pria yang bernama lengkap Muhammad Da’ib itu sudah berjualan tahu tek sejak tahun 1978. Satu dekade sebelumnya, pria asli Lamongan itu berjualan kuliner yang sama di Surabaya. Resep membuat tahu tek ini diperolehnya dari rekan sekampungnya.
“Waktu itu di Lamongan banjir, akhirnya saya pindah ke Surabaya. Di sana saya belajar membuat tahu tek selama empat hari dari teman. Setelahnya saya beranikan diri berjualan,” kata Da’ib kepada Ngopibareng.id pada Sabtu, 26 Juni 2020.
Gerobak Penuh Kenangan
Berbeda dengan tahu tek pada umumnya, tahu milik Da’ib lebih menonjolkan cita rasa bumbu kacang. Sedangkan untuk sambal petisnya hanya seukuran ujung sendok makan.
Dalam berjualan, Da’ib berkolaborasi dengan sang istri, Chomsatun, yang membeli bahan dan memasaknya. Menurut Chomsatun, cita rasa bumbu kacang dipertahankan lantaran agar memiliki rasa gurih. Sehingga berbeda dengan tahu tek kebanyakan.
“Bumbu kacang memang kami unggulkan karena rasanya gurih, sehingga enak dimakan. Selain itu biar berbeda dari yang lain,” katanya.
Sementara itu, keduanya memilih berjualan di Jombang untuk menyekolahkan anak pertama mereka. Anak tersebut menginginkan bersekolah di Jombang karena dekat sang nenek. Mau tidak mau keduanya pun pindah ke Jombang.
Saat di Surabaya, Da’ib berjualan dengan memikul gerobak. Setiap harinya dia berangkat membuka lapak sejak pukul 18.30 hingga 23.00. Waktu malam dipilihnya lantaran pada saat pagi dia bekerja sebagai buruh pabrik plastik.
Menariknya, kala hendak ke Jombang, dengan tangan dinginnya Da’ib berhasil membuat gerobak dorong untuk berjualan di Kota Santri. Rencananya, gerobak tersebut diangkut menggunakan truk yang mengarah ke Jombang.
Namun, karena alasan keamanan, Da’ib akhirnya mendorong gerobak tersebut dari Surabaya hingga Jombang dengan berjalan kaki. Waktu itu ditempuh dalam waktu sehari.
“Waktu itu sopir truk manapun nggak berani ngangkut gerobak saya karena ada operasi polisi. Kalau ada gerobak mereka didenda. Akhirnya saya dorong dari Surabaya ke Jombang, kalau capek berhenti di warung kopi,” katanya.
Harga Tetap Meski Covid
Meskipun Jombang masuk dalam zona merah, Da’ib bersyukur lantaran masih bisa mengais rejeki dengan berjualan. Terlebih tidak ada imbauan untuk menutup lapak. Kendati penjualan tahu tek berkurang menjadi separoh, Da’ib menerimanya dengan sabar.
Sebelum adanya pandemi, setiap harinya 50 porsi tahu tek ludes terjual. Namun, sejak pandemi, porsi makanan berlontong ini hanya laku sejumlah 25 hingga 30 porsi.
Meski harga bahan naik, Da’ib dan Chomsatun memilih tidak turut menaikkan harga tahu tek yang mereka jual. Keputusan ini diambil agar menjaga pelanggan tidak kabur, kendati keuntungan yang mereka dapatkan lebih sedikit. Bagi mereka yang penting masih ada yang membeli.
“Kami tidak ingin mengecewakan pembeli dengan menaikkan harga, mungkin kami mengakali irisan tahu dan lontongnya ditipiskan. Untung sedikit yang penting tetap ada yang beli,” katanya.
Beruntung, saat pagebluk ini keduanya mendapat bantuan dari Kemensos (Kementerian Sosial) sejumlah Rp600 per bulan-nya. Uang tersebut sudah turun dua kali dan digunakan untuk menambal kebutuhan yang kurang.
“Alhamdulillah kami dapat Rp 600 ribu dari Kemensos sudah dua kali. Buat nutup kubutuhan yang kurang,” katanya.