Gurih dan Nikmatnya Nasi Lodeh-Pecel Mbah Ti Jombang
Salah satu kuliner tradisional di Jombang, Jawa Timur yang sayang untuk dilewatkan adalah Nasi Lodeh Mbah Ti. Saat datang ke warung ini, pengunjung akan disambut dengan nuansa sederhana khas pedesaan. Pasalnya, Warung Nasi Lodeh Mbah Ti hanya berupa bilik bambu alias gedhek. Tempat duduk dan mejanya juga terbuat dari bale bambu.
Jam masih menunjukkan sekitar pukul 07.00 pagi. Namun, pengunjung sudah datang silih berganti. Ada yang membungkus makanan, ada juga yang makan di tempat. Pagi itu ada Supatmi yang sedang melayani pembeli, dibantu Partutik, anak nomor dua. Mereka berdua tampak sibuk melayani para pembeli.
Ngopibareng.id sempat mencicipi seporsi nasi lodeh bikinan Supatmi. Hem....rasa nasinya gurih. Nasi dan sayur lodeh itu dituang dalam batok kelapa. Sebagai alas makan, bukan piring. Melainkan pincuk dari daun pisang. Daun pisang ini dilapisi koran agar kuahnya tidak merembes.
Pada suapan pertama, lembutnya irisan tahu kotak dan terong beradu di mulut. Sayurnya tidak lembek. Kuah lodehnya pas dan tidak membuat enek. Rasa santan tidak mendominasi. Nasi lodeh terasa lengkap dengan kriuknya rempeyek kacang dan udang dawu. Begitu juga dengan rasa pecelnya. Tak kalah nenang rasanya.
“Daun pisang saya pertahankan sejak dulu agar cita rasanya sedap. Sama halnya dengan batok kelapa. Nasi lodeh ini resep masih asli dari mertua saya dan tidak pernah saya ubah,” kata Supatmi pada Sabtu, 22 Agustus 2020.
Supatmi menyebut, resep nasi lodeh berasal dari mertuanya, Marsiti. Marsiti sudah berjualan sejak tahun 1983. Mbah Ti, begitu sapaan karib Marsiti kala itu berjualan secara keliling. Namun, karena usianya tak lagi muda, Mbah Ti akhirnya mendirikan warung sejak tahun 1985.
Lokasi warung yang berada di Desa Kayangan, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang jauh dari hingar bingar perkotaan. Ini pula mungkin yang membuat warung Mbah Ti selalu dibanjiri pembeli. Apalagi ditambah harga yang miring. Seporsi nasi lodeh atau pecel hanya dibanderol Rp6 ribu.
“Pembeli saya jauh-jauh. Rata-rata dari Kabupaten Jombang. Ada yang dari Jogoroto, Tanjunganom, dan banyak anak pondok Tebuireng juga. Lodeh dan pecel sama-sama diminati. Pas pertama jualan harganya Rp 1.500, sekarang sudah naik dan harga terakhir Rp 6 ribu,” ujarnya.
Hari biasa, Supatmi biasanya menghabiskan 4.5 kilogram beras. Sedangkan, akhir pekan Supatmi bisa menghabiskan 5 kilogram beras. Setiap hari, Supatmi menjajakan buka warung mulai pukul 04.00 hingga 08.00 WIB.
Rasa gurih nasi yang nendang membuat Zuanita Arifin rela menempuh perjalanan sejauh 4km untuk ke Warung Nasi Lodeh Mbah Ti. Dia mengaku sudah menjadi menjadi pelanggan sejak 2018 lalu.
“Di sini pecelnya khas. Tidak pakai lauk saja sudah enak. Saya yang suka pedes. Makanya cocok. Selain itu, harganya murah dan terjangkau ditambah suasananya asri dan sepi. Jauh dari polusi,” tutupnya.
Advertisement