Gunung Semeru Meletus, PVMBG Tetapkan Status Waspada
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) secara resmi menetapkan status Gunug Semeru masuk dalam level II atau waspada.
Kepala Sub Bidang Mitigasi Gunung Api Wilayah Barat PBMBG, Nia Haerani menyampaikan, status ini ditetapkan karena potensi ancaman bahaya erupsi Gunung Semeru berupa lontaran batuan pijar di sekitar puncak, sedangkan material lontaran berukuran abu dapat tersebar lebih jauh tergantung arah dan kecepatan angin.
Selain itu, ada potensi ancaman bahaya lainnya, berupa awan panas guguran dan guguran batuan dari kubah/ujung lidah lava ke sektor tenggara dan selatan dari puncak. Jika terjadi hujan, dapat terjadi lahar di sepanjang aliran sungai yang berhulu di daerah puncak.
“Berdasarkan hasil pemantauan visual dan instrumental, serta potensi ancaman bahayanya,maka tingkat aktivitas Gunung Semeru masih ditetapkan pada Level II (waspada),” kata Nia dalam rilis yang diterima, Selasa 1 Desember 2020.
Terkait dengan aktivitas vulkanik yang terjadi, ia menjelaskan, letusan Gunung Semeru bertipe vulkanian dan strombolian yaitu berupa penghancuran kubah/lidah lava, serta pembentukan kubah baru. Penghancuran kubah lava tersebut kemudian mengakibatkan pembentukan awan panas guguran.
Berdasar pantauan visual, kata Nia, selama 1 Oktober hingga 30 November 2020 gunung api terlihat jelas hingga tertutup kabut. Teramati asap kawah utama berwarna putih dan kelabu dengan intensitas tipis hingga sedang, tinggi sekitar 50-500 meter dari puncak. Cuaca cerah hingga hujan, angin lemah hingga kencang ke arah utara, timur laut, timur, selatan, barat daya dan barat. Suhu udara sekitar 19-32°C.
Erupsi terjadi menerus, menghasilkan kolom erupsi berwarna kelabu dengan tinggi maksimum 500 m dari atas kawah/puncak. Guguran batuan dari arah puncak terjadi tidak menerus sejak 19 Oktober 2020.
“Pada 28 November terjadi kenaikan jumlah guguran secara signifikan diikuti oleh kejadian awan panas guguran yang berasal dari ujung lidah lava dengan jarak luncur maksimum 1 Km ke sektor tenggara lereng. Pada 1 Desember 2020 mulai pkl. 01.23 WIB, teramati awan panas guguran dari kubah puncak, dengan jarak luncur 2 hingga 11 Km ke arah Besuk Kobokan di sektor tenggara dari puncak Gunung Semeru,” jelasnya.
Sedangkan dari pantauan kegempaan, jumlah dan jenis gempa yang terekam selama 1 Oktober hingga 30 November 2020 didominasi oleh gempa letusan dengan rata-rata 40 kejadian per hari.
Pada 20 November 2020 jumlah gempa letusan cenderung menurun, dan terjadi kenaikan pada jumlah gempa guguran. Gempa hembusan terjadi rata-rata 10 kejadian per hari, sedangkan gempa-gempa vulkanik (gempa vulkanik dalam, vulkanik dangkal, dan tremor) terekam dengan jumlah sangat rendah.
Advertisement