Gunung Merapi Siaga Waspada Potensi Terdampak Guguran Lava
Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG), mencatat Gunung Merapi kembali mengeluarkan guguran awan panas dengan jarak luncur hingga 2.700 meter ke arah barat daya.
“Awan panas guguran Merapi tanggal 11 Februari 2022 pukul 16.38 dan 16.48 WIB tercatat di seismogram dengan amplitudo 40 mm dan durasi 237 dan 137 detik. Jarak luncur 2.500-2.700 m ke arah barat daya,” tulis BPPTKG lewat Twitter resmi, Jumat 11 Februari 2022.
Potensi bahaya saat ini berupa guguran lava dan awan panas pada sektor selatan-barat daya ini meliputi Sungai Boyong sejauh maksimal 5 km, Sungai Bedog, Krasak, Bebeng sejauh maksimal 7 km.
Pada sektor tenggara meliputi Sungai Woro sejauh maksimal 3 km dan Sungai Gendol 5 km. Sedangkan lontaran material vulkanik bila terjadi letusan eksplosif dapat menjangkau radius 3 km dari puncak.
Masyarakat diimbau agar tidak melakukan kegiatan apapun di daerah potensi bahaya. Masyarakat pun diminta untuk mengantisipasi gangguan akibat abu vulkanik dari erupsi Gunung Merapi serta mewaspadai bahaya lahar terutama saat terjadi hujan di seputar Gunung Merapi.
Selain itu, jika terjadi perubahan aktivitas yang signifikan, maka status aktivitas Gunung Merapi akan segera ditinjau kembali.
Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG), Hanik Humaida mengatakan, Gunung Merapi statusnya masih tingkat siaga. Ia lantas mengungkapkan wilayah-wilayah yang berpotensi terdampak awan panas serta guguran lava. “Potensi bahayanya untuk ke arah Kali Bedog, Bebeng, Krasak 7 km, kemudian ke arah Boyong itu 5 km, kemudian ke arah Gendol 5 km, dan ke arah Woro 3 km,” rincinya.
Jika dilihat dari morfologinya, lanjut Hanik, sisi barat daya Gunung Merapi masih terus ada kikisan. Sehingga, aktivitas ekstrusinya atau pergerakan magma sampai ke permukaan bumi terjadi di wilayah sisi barat daya.
“Dari perubahan morfologi, sisi Barat Daya ini masih terus ada kikisan gitu ya. Kemudian berupa aktivitas ekstrusinya langsung meluncur ke bawah ya. Jadi kubah lava yang tengah masih mengalami pertumbuhan namun sektor barat daya,” papar Hanik.
Namun, kata Hanik, di tebing-tebing Gunung Merapi masih relatif stabil. “Dan untuk yang morfologi lama di tebing-tebing ini masih relatif stabil gitu ya. Kemudian, dengan menggunakan data topografi terbaru kita, jadi karena kalau kita memodelkan itu faktor topografi itu sangat mempengaruhi,” katanya.
“Sehingga dengan kita mencoba membuat yang terbaru kita, kemarin potensinya (awan panasnya) ternyata sedikit lebih panjang ke arah Sungai Bedog, Bebeng, Krasak, sejauh 6,3 km, jadi dari puncak itu 6,3 km. Kemudian, ke arah sungai Boyong 3,9 km. Untuk Gendol 5 km, dan untuk Woro 3 km,” sambung dia.