Guntur Menggelegar
Guntur Soekarnoputra, putra sulung Bung Karno, sudah puluhan tahun bagai bertapa. Tak pernah muncul di publik. Tak pernah bersuara yang kemudian dikutip media. Padahal banyak yang merindukannya.
Bahkan ketika isu politik sedang meninggi beberapa waktu lalu. Juga ketika adiknya, Megawati Soekarnoputri sedang menduduki kursi yang dulu pernah diduduki Bung Karno, Guntur atau Mas Tok panggilan akrabnya, tak pernah muncul.
Sebelumnya, saat ketiga adiknya yaitu Megawati, Rachmawati serta Sukmawati membentuk atau mendirikan partai politik, Guntur seakan menutup mata dan mengabaikannya.
Tetapi hari ini, Selasa 3 April 2018, Guntur tiba-tiba seperti ke luar dari tempatnya bertapa. Meskipun hanya pernyataan yang dikeluarkan, tetapi pernyataannya segera menjadi viral.
Di era sekarang, ucapan atau perilaku seseorang bisa segera menyebar secepat angin yang dalam waktu singkat langsung bisa dibaca dan diketahui oleh siapa saja, di manapun dia berada.
Seperti guntur atau petir yang menggelegar, kemudian berhenti dan berganti dengan turunnya hujan ke bumi yang membuat udara panas jadi dingin. Tanah yang tadinya sempat sekilas membara berubah jadi basah.
Pernyataan Guntur dapat meredam emosi siapapun yang sudah terlanjur meninggi, ketika dia menyatakan bahwa sebagai anak tertua Bung Karno, dirinya menjadi saksi hidup bahwa seluruh anak Sukarno dididik oleh Bung Karno dan ibu Fatmawati Sukarno sesuai ajaran Islam.
Guntur tentu menganggap penting untuk mengeluarkan pernyataan ini, sehingga dia sampai menghentikan ‘tapa bratanya.’ Dia telah mengorbankan suasana hati hening yang sudah puluhan tahun dinikmatinya. Dia mungkin dengan terpaksa harus memberi penjelasan kepada masyarakat, ketika adiknya, Sukmawati, membacakan puisi karyanya sendiri yang menurutnya dapat mengganggu keutuhan bangsa.
Meskipun apa yang dilakukan adiknya itu hanya sekadar membaca puisi pada acara Indonesia Fashion Week 2018 di Jakarta Convention Center (JCC) hari Kamis 29 Maret lalu, tetapi Guntur merasa puisi itu dapat berakibat buruk bagi siapapun, termasuk bagi keluarga besar Bung Karno.
Bait pertama puisi Sukmawati yang berjudul ‘Ibu Indonesia’ berbunyi begini. Aku tak tahu Syariat Islam/Yang kutahu sari konde ibu Indonesia sangatlah indah/Lebih cantik dari cadar dirimu.
Kemudian pada bait selanjutnya Sukmawati menulis; Aku tak tahu syariat Islam/Yang kutahu suara kidung Ibu Indonesia, sangatlah elok/Lebih merdu dari alunan adzan mu.
Dua bait itu, memang kemudian memunculkan reaksi. Reaksi yang tentu saja beragam, tetapi pasti menimbulkan perpecahan karena tersirat Sukmawati melecehkan syariat Islam. Pada saat inilah Guntur Soekarnoputra ke luar dari gua pertapaannya dan memberi penjelasan untuk mentralisir puisi adiknya ini.
Atas nama keluarga besar Bung Karno, Guntur menyesalkan kemunculan puisi Sukmawati. "Sebagai anak tertua, saya saksi hidup, bahwa seluruh anak Sukarno dididik oleh Bung Karno dan ibu Fatmawati Sukarno sesuai ajaran Islam" kata Guntur, di Jakarta, Selasa 3 April 2018. "Kami diajarkan syariat Islam dan Bung Karno pun menjalankan semua rukun Islam termasuk menunaikan ibadah haji" tambahnya lagi.
Pernyataan Guntur ini, memang tidak akan mampu menghapus puisi Sukmawati yang sudah menjadi viral. Tetapi setidaknya hawa yang sempat panas kembali menjadi sejuk. Putra sulung Bung Karno ini tidak akan memutuskan untuk berhenti bertapa, apabila dia tidak merasa betapa sangat berbahayanya apa yang ditulis dan dibacakan adiknya.
Guntur telah mengorbankan sikap dan pilihan hidupnya yang telah dirawatnya puluhan tahun, tepat pada saat diperlukan. (m. anis)