Gubernur Prihatin Pelaku Teror Libatkan Anak-anak
Gubernur Jawa Timur Soekarwo mengaku prihatin dengan pelibatan anak-anak aksi radikalisme di sejumlah titik di Surabaya dan Sidoarjo.
Perilaku anak-anak ini merupakan korban dari doktrinasi orang tua salah terhadap pemahaman beragama. Karena perlu upaya mencegah dan menyelesaikan masalah ini.
"Salah satunya melalui kerjasama dan pelibatan KPAI dalam program-program Pemprov Jatim. Alasannya, KPAI telah berpengalaman dalam menyelesaikan permasalahan anak-anak," kata Pakde Karwo saat menerima Susanto Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) di ruang kerjanya, di Kantor Gubernur Jatim, Kamis (17/5).
Kerjasama atau pelibatan KPAI tersebut setidaknya menjadi pilot project di Jawa Timur untuk mencegah radikalisme pada anak. Dia juga menambahkan ada dua dinas yang menanganinya, yaitu Dinas Sosial Provinsi Jatim serta Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Kependudukan Jatim.
Dalam waktu dekat, kata Gubernur, Pemprov Jatim juga akan mengundang forkopimda bersama para rektor dan pimpinan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) se-Jatim terkait upaya mencegah radikalisme ini.
Terkait penanganan anak korban terorisme di Jatim, Pakde Karwo menjelaskan semua anak yang menjadi korban terorisme beberapa hari terakhir ini telah didampingi para psikolog.
Sementara itu Ketua KPAI Susanto mengatakan, KPAI datang ke Jatim untuk memberikan atensi secara khusus kepada para anak yang terkait terorisme, baik dugaan keterlibatan terorisme maupun sebagai korban. Meskipun posisinya sebagai sebagai pelaku, tetapi perspektifnya tetap sebagai korban.
Sesuai dengan mandat UU Perlindungan Anak, jelasnya, KPAI harus melakukan proses pengawasan dan memastikan adanya perlindungan kepada anak. Untuk itu, KPAI melihat penanganan yang ada di Jatim, terutama dalam proses rehabilitasi pada anak.
Menurutnya, kebutuhan rehabilitasi terhadap anak terduga pelaku dan dan korban radikalisme harus se-komprehensif mungkin. Baik rehab terhadap medis, psikis, sosial, hingga sentuhan keagamaannya.
Ke depan, Susanto menyampaikan, KPAI akan mengumpulkan anak-anak dan keluarga untuk mencegah radikalisme. Salah satunya dengan memberikan literasi media sosial pada anak dan keluarga, mengingat media sosial memiliki informasi yang tak terbendung.
Ia berharap dengan langkah yang dilakukan ini anak-anak beserta keluarga bisa mempunyai daya tangkal sekaligus proteksi terhadap radikalisasi.