Gubernur Jatim: UB dan Unair Jadi Pioner Produk Halal
Gubernur Jawa Timur (Jatim) Khofifah Indar Parawansa mengatakan bahwa Universitas Brawijaya (UB), Malang dan Universitas Airlangga (Unair), Surabaya, menjadi pionir dalam mengeluarkan produk halal di Jatim.
Di UB sendiri, kata Khofifah, sudah membentuk Pusat Halal. Sedangkan untuk Unair, Khofifah mengatakan, kampus tersebut tengah mengembangkan obat kapsul dari rumput laut yang berbasis halal.
"Sinergitas antara UB dan Unair ini akan menjadi pionir produk halal. Bagaimana negeri yang mayoritas penduduknya islam ini juga mengeluarkan produk halal," terangnya, pada Rabu 27 November 2019, saat memberikan sambutan dalam acara International Halal & Thayyib Conference 2019, di Gedung Samantha Krida Universitas Brawijaya (UB).
Sementara itu, Kepala Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH), Kementerian Agama, Profesor Sukoso mengungkapkan UB merupakan pionir untuk urusan sertifikasi halal.
"Sertifikasi halal diawali oleh risetnya Profesor Tri Susanto dari UB. Riset itu kemudian keluar di Masjid Al-Falah, Surabaya, di sana kumpul para ulama dan menjadi sorotan serius. Saat itu kaum muslim lagi galau. Pemerintah memanggil MUI tahun 1988, lalu keluar sertifikasi halal," ungkapnya.
Sukoso mengatakan saat ini BPJPH terus menggenjot masyarakat agar mengurus sertifikasi halal untuk segala jenis usahanya.
"Sesuai UU Jaminan Produk Halal 2019, wajib sertifikasi halal untuk produk yang beredar di Indonesia. Namun kami lakukan bertahap untuk produk makanan dan minuman karena produk primer. Kami beri tenggat 5 tahun untuk registrasi sertifikasinya dengan kami bina," ujarnya.
Seperti diberitakan ngopibareng.id sebelumnya, Wakil Presiden Republik Indonesia, KH. Ma'ruf Amin mengatakan pentingnya Indonesia membidik pasar halal dunia. Sebab kata Ma'ruf pasar halal dunia memiliki potensi yang sangat besar.
"Pada tahun 2017, produk pasar halal dunia mencapai 2,1 triliun dollar AS dan akan berkembang terus menjadi 3 Triliun US Dollar pada tahun 2023," tuturnya, saat menjadi pembicara di acara International Conference Halal and Thayib 2019.
Oleh karena itu, Ma'ruf Amin menegaskan Indonesia harus memanfaatkan potensi pasar halal dunia tersebut. Melalui peningkatan ekspor yang saat ini baru berkisar 3,8% dari total pasar halal dunia.
Sebab menurut Ma'ruf Amin, Indonesia masih kalah dari Brazil dan Australia dari sisi nilai ekspor. Ia mengutip data dari laporan Global Islamic Economic Report tahun 2019, Brazil merupakan eksportir produk halal nomor 1 di dunia dengan nilai 5,5 miliar dollar AS, yang disusul oleh Australia dengan nilai 2,4 miliar dollar AS.
"Saya akan lebih gembira, jika produk-produk halal yang dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia tersebut diproduksi dan dihasilkan sendiri oleh Indonesia dan juga kita dapat menjadi eksportir," tegasnya.
Maka dari itu Ma'ruf Amin menekankan pentingnya pengembangan produk halal, karena selama ini Indonesia dinilai hanya sebagai tukang stempel halal bagi produk-produk dunia yang masuk ke Indonesia.
Advertisement