Gubernur Jatim, Khofifah Minta Masyarakat Siaga Kekeringan
Gubernur Jawa Timur (Jatim), Khofifah Indar Parawansa memperingatkan masyarakat Jatim untuk mewaspadai dampak dari bencana El Nino atau kekeringan, yang diprediksi melanda sebagian wilayah di Indonesia.
Hal itu sesuai dengan instruksi, Menko Marves RI Luhut Binsar Pandjaitan pada Rapat Koordinasi (Rakor) Kesiapsiagaan Bencana Kekeringan dan Kebakaran Hutan Lahan, Rabu, 26 April 2023.
Ketika itu, Luhut menyebut potensi kekeringan pada beberapa wilayah Indonesia perlu dimitigasi karena akan berdampak terhadap ketersediaan air untuk pertanian, PLTA, wisata, dan kekeringan sawah.
"Selain memicu kekeringan, minimnya curah hujan yang terjadi juga akan meningkatkan jumlah titik api, sehingga rawan terjadi kebakaran hutan dan lahan,” kata Khofifah, Kamis, 27 April 2023.
Dengan demikian, kata Khofifah, diperlukan langkah strategis untuk mengantisipasi bencana kekeringan, kebakaran hutan dan lahan yang dilakukan secara bersama serta komprehensif.
“Jangan cuma sesaat, tapi antisipasi harus komprehensif dan dilaksanakan bersama-sama,” jelasnya.
Selain itu, Khofifah berharap agar masyarakat mengenali ancaman bahaya, memahami risiko, dan budaya sadar bencana. Sebagai langkah mitigasi dari penduduk.
"Jumlah 7.724 desa, desanya tangguh, kab/kotanya tangguh, maka Jatim tangguh, dan Indonesia tangguh bencana. Seluruh elemen masyarakat hingga lini terbawah wujudkan bangsa tangguh bencana," ucapnya.
"Ketangguhan itu akan membentuk resiliensi. Dimana pada upaya juga diperlukan sosialisasi, edukasi dan pelatihan secara masif," tambah Khofifah.
Khofifah mengungkapkan, gotong royong tersebut dapat diwujudkan apabila masyarakat mendapatkan pelatihan, edukasi dan sosialisasi yang berkaitan dengan kesiapsiagaan bencana.
"Jadi tidak hanya dapat sekali pelajaran lalu selesai. Tapi ini adalah bekal bagi kita semua untuk mengantisipasi jika terjadi bencana," ujar dia.
Oleh karena itu, Khofifah meminta BPBD masing-masing kabupaten/kota memberikan edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat yang berada di wilayah berpotensi rawan bencana.
"Kalau kegiatan ini rutin, ketika bencana datang kita akan lebih siap dan sigap dalam bertindak," kata dia.
"Ini akan berdampak pada pengurangan risiko bencana. Sehingga, mewujudkan budaya tangguh bencana di masyarakat menjadi penting," tutupnya.
Advertisement