Kemendikbud Puji Sistem Ijon Antara Industri dan SMK di Jateng
Dirjen Pendidikan Vokasi, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Wikan Sakarinto mengatakan sistem ijon yang dikembangkan Pemprov Jawa Tengah dengan pengelola Kawasan Industri Kendal (KIK) dalam pengembangan pendidikan vokasi merupakan konsep cerdas dan taktis. Karena dalam sistem tersebut minimal empat strategi dasar link and match sudah terangkum dengan baik, bahkan diharmonisasikan dengan local wisdom (kearifan lokal).
“Saya menyampaikan apresiasi yang setinggi-tingginya bagi seluruh pimpinan pemerintah propinsi yang turut mempercepat implementasi tuntas kebijakan dan gerakan link and match dunia pendidikan dengan dunia industri serta dunia kerja (IDUKA), termasuk sistem ijon yang dikembangkan Pemprov Jawa Tengah,” kata Wikan, Senin 14 September 2020
Menurut Wikan sistem ijon yang didorong terwujud di KIK ini selaras dengan strategi link and match antara dunia pendidikan dan IDUKA. Ke-4 strategi dasar link and match tersebut meliputi sinkronisasi kurikulum, menghadirkan guru/dosen tamu dari kalangan expert/industri minimal 50 jam/prodi/semester, program magang/prakerin minimal 1 semester di IDUKA, serta uji kompetensi/sertifikasi kompetensi bagi seluruh lulusan vokasi, guru dan dosen vokasi.
Apalagi, dalam sistem ijon tersebut, pendidikan vokasi dan IDUKA mencoba mengharmonisasikan dengan pemaknaan local wisdom, dimana ini akan memudahkan seluruh pihak dan stakeholder untuk memahami dan mencerna konsep tersebut.
Wikan berharap perjuangan yang kompak dan cerdas dari seluruh pihak dan stakeholder tersebut, akan mempercepat dampak positif dan signifikan yang diakibatkan oleh lahirnya jutaan lulusan vokasi yang kompeten dan unggul. Lulusan-lulusan yang benar-benar match dengan kebutuhan IDUKA, yang akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan bangsa.
“Link and match akan menguntungkan seluruh pihak, khususnya pihak IDUKA, serta masa depan dan karir lulusan di dunia kerja,” jelas Wikan.
Sistem ijon ini ditawarkan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo kepada perusahaan atau pelaku industri di KIK dengan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) pada acara penandatanganan Kesepahaman Bersama antara Pemprov Jateng dengan PT KIK tentang kerja sama link and match Kompetensi Vokasi di Jateng tahun 2020 – 2025, pekan lalu. Tujuannya agar lulusan SMK di Jawa Tengah bisa memenuhi kebutuhan tenaga kerja perusahaan di KIK.
“Kalau mereka mau saya tawarkan untuk ngijon. Silakan diijon dari SMK-SMK kita, terus ilmu pengetahuan apa, keterampilan apa, bagaimana caranya dan seterusnya, kita akan terbuka untuk itu,” kata Ganjar.
Sistem ijon adalah hal yang lazim dilakukan tengkulak saat membeli hasil panen petani, dengan cara memberikan uang di muka, selagi tanaman petani belum dipanen. Dan kini sistem tersebut dilakukan oleh sejumlah perusahaan dalam perekrutan calon tenaga kerja (Canaker) dari siswa yang belum lulus.
Menurut Ganjar kerjasama dengan KIK merupakan terobosan di masa pandemi Covid-19 sebagai bagian dari langkah kerja Tim Pembinaan dan Pengembangan Vokasi Jawa Tengah. Di mana industri dengan SMK harus bergerak bersama untuk ikut mengatasi masalah ketenagakerjaan vokasi.
Agar kompetensi yang diharapkan industri terhadap lulusan SMK sesuai dengan kebutuhannya, maka lanjut Ganjar industri dapat mengembangkan teaching industri di sekolah atau kelas industri di SMK, menjadi guru tamu di SMK, ikut serta merancang kurikulum di SMK dan menjadi guru tamu dari industri.
KIK itu sendiri merupakan proyek prioritas nasional kerjasama antara Pemerintah RI dengan Pemerintah Singapura. Fase I dibangun di atas lahan 1.000 ha dan fase 2 diatas lahan 1.200 yang akan menampung 1.800 perusahaan dari dalam dan luar negeri. Diperkirakan dalam kurun 5 tahun akan mampu menyerap lebih dari 20.000 tenaga kerja terampil.