Gubernur Banten Tetapkan Status Luar Biasa Darurat Gempa
Gubernur Banten Wahidin Halim menyatakan bakal segera menerbitkan surat keputusan keadaan luar biasa darurat bencana.
Selain itu, Wahidin juga instruksikan Dinas Kesehatan, Dinas Sosial, serta Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Banten untuk bangun soliditas dalam penanganan warga terdampak gempa.
"Saya tunggu pernyataan keadaan luar biasa dari Bupati Pandeglang dan Bupati Lebak untuk lakukan apa yang harus kita lakukan. Kita juga punya dana cadangan, cadangan beras ada di Dinas Ketahanan Pangan. Kita inventaris bantuan sosial untuk segera disalurkan," ujarnya, Sabtu, 15 Januari 2022.
Wahidin menambahkan, setelah penanganan pertama terhadap pengungsi, selanjutnya akan dilakukan penanganan sosial bagi terdampak gempa.
"Bila perlu, BPBD Provinsi Banten menambah lagi tenda-tenda darurat yang sudah didirikan itu. Yang sakit dibawa ke rumah sakit atau mendapatkan penanganan kesehatan. Dinas Kesehatan agar bangun soliditas dengan Puskesmas dan tenaga kesehatan. Untuk penanganan sosial segera dirikan dapur umum," katanya.
Sedikitnya 1.231 bangunan rumah di tiga daerah di Provinsi Banten rusak akibat gempa bumi magnitudo 6,6 yang berpusat di Sumur, Kabupaten Pandeglang, Jumat, 14 Januari 2022.
Pemerintah Provinsi Banten sedang melakukan pendataan terkini di tiga lokasi terdampak gempa, yakni Kabupaten Lebak, Kabupaten Pandeglang dan beberapa lokasi di Kabupaten Serang.
Berdasarkan data yang dihimpun BPBD Banten pada Sabtu, 15 Januari sampai pukul 10.00 WIB, tidak ada korban jiwa dari kejadian gempa. Untuk jumlah bangunan rumah yang rusak di tiga daerah tersebut sebanyak 1.231 unit, dengan rincian 226 rusak berat, 290 rusak sedang dan 715 rusak ringan.
Sementara, BMKG mencatat hingga Sabtu, 15 Januari 2022 pukul 12.00 WIB telah terjadi 33 kali aktivitas gempa susulan pascagempa Banten magnitudo 6,6.
"Gempa susulan yang terjadi dengan magnitudo terbesar 5,7 dan magitudo terkecil adalah 2,5," kata Koordinator Bidang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono seperti dikutip Antara, Sabtu, 15 Januari 2022.
Gempa yang sebelumnya tercatat bermagnitudo 6,7 yang berpusat di laut pada jarak 132 km arah barat daya Kota Pandeglang, Banten, dengan kedalaman hiposenter 40 km memiliki mekanisme sumber pergerakan naik (thrust fault) akibat adanya proses tekanan yang kuat.
Gempa ini bersifat destruktif atau merusak. Berdasarkan data BPBD Kabupaten Pandeglang wilayah terdampak gempa mencakup 113 Kelurahan dari 17 Kecamatan, menyebabkan lebih dari 700 rumah dan lebih dari 30 fasilitas umum rusak.
Gempa tersebut tidak berpotensi tsunami karena magnitudonya yang masih di bawah ambang batas rata-rata gempa pembangkit tsunami yaitu 7,0 ditambah dengan kedalaman hiposenternya di 40 km.
Data monitoring muka laut tidak menunjukkan adanya catatan perubahan muka laut pasca gempa, ini yang menjadi bukti bahwa gempa yang terjadi tidak memicu tsunami.
Jenis gempa berupa gempa dangkal akibat adanya deformasi atau patahan batuan di dalam Lempeng Indo-Australia yang tersubduksi/menunjam ke bawah Selat Sunda-Banten.
Para ahli menyebut jenis gempa ini sebagai intraslab earthquake, ciri gempa intraslab mampu meradiasikan guncangan (ground motion) yang lebih besar dan lebih kuat dari gempa sekelasnya dari sumber lain.
Sehingga wajar jika gempa ini memiliki spektrum guncangan yang sangat luas dirasakan hingga Sumatera Selatan hingga Jawa Barat.
Guncangan gempa juga terasa sangat kuat di Jakarta disebabkan karena adanya efek tapak lokal (local site effect) lapisan tanah lunak dan tebal di wilayah Jakarta yang memicu terjadinya resonansi gelombang gempa hingga akhirnya guncangan tanah mengalami amplifikasi atau perbesaran disamping juga adanya fenomena vibrasi periode panjang (long period vibration) karena gempa kuat yang sumbernya relatif jauh.
Gempa Jumat sore tersebut menurut Daryono jenisnya mirip dengan gempa Selatan Jawa Timur magnitudo 6,1 pada 10 April 2021 lalu yang juga bersifat destruktif. Sama-sama gempa intraslab yaitu gempa dengan sumber di dalam Lempeng Indo-Australia.