Grahadi Memanas, Wadir Intelkam: Yang Ngundang Kalian Siapa!
Pertemuan silaturahmi antara Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Se-Jatim dengan Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, batal digelar. Penyebabnya, saat diarahkan ke ruang pertemuan sekitar pukul 18.30 WIB, salah satu perwakilan mahasiswa ada yang berteriak menggunakan pengeras suara untuk menolak jamuan apapun di Grahadi.
"Seluruh perwakilan mahasiswa yang ada di sini jangan makan, jangan minum sampai kita melakukan audiensi dengan Gubernur," teriak salah satu mahasiswa Unair bernama Zamzam Syahara di tempat pertemuan Gedung Negara Grahadi Surabaya, Selasa 8 Oktober 2019 malam.
Zamzam mengatakan bahwa mereka bersedia mendatangi pertemuan tersebut adalah untuk melakukan audiensi bukan untuk undangan makan-makan. Dirinya menyebutkan bahwa terdapat beberapa tuntutan yang harus jadi perhatian pimpinan Provinsi Jatim.
"Kita sepakat untuk berdialog, tapi kita berhak untuk tidak makan. Karena kawan-kawan yang ada di luar itu tidak makan. Perjuangan ini masih belum tuntas," ucapnya.
Ia mengucap terima kasih kepada pihak Pemprov Jatim karena bersedia memberikan ruang atas aksi yang telah diselenggarakan pada tanggal 26 September 2019 kemarin.
Zamzam juga mengatakan terdapat beberapa tuntutan yang harus diperhatikan oleh pihak pemprov yakni menolak RUU KPK dan mendesak Presiden menerbitkan Perpu tentang KPK.
Selain itu, ia meminta Pemprov juga menolak disahkannya RKHUP, menolak sejumlah RUU yang tidak berpihak kepada kepentingan rakyat secara luas yang hanya menguntungkan para oligarki, kemudian mendesak DPR RI dan Pemerintah Pusat untuk segera mengesahkan RUU PKS.
Lalu mendesak Pemerintah Pusat dan Daerah untuk segera menyelesaikan Karhutla, menolak adanya multi fungsi aparat, mendesak pemerintah agar segera menyelesaikan kasus HAM di Papua.
Sementara itu, pengamatan ngopibareng.id, undangan acara di Grahadi yang tersebar kepada rekan-rekan media berbunyi “Kepada rekan2 jurnalis pada jam 19.00 Selasa 8 Oktober 2019 di Grahadi akan diadakan audiensi antara Gubernur Jawa Timur dan perwakilan mahasiswa se-Jatim”.
Undangan dikirimkan oleh Airlangga Pribadi. Airlangga adalah Dosen FISIP Universitas Airlangga (Unair) Surabaya. Airlangga juga merupakan dosen yang kini menjadi kepercayaan gubernur Khofifah. Puluhan media televisi, cetak dan online pun hadir untuk meliput acara tersebut.
Meski bertajuk BEM namun pantauan di lapangan, para mahasiswa bukanlah dari BEM PTN maupun PTS di Jatim. Mereka ternyata adalah mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Kekuatan Sipil yang sebelumnya melakukan aksi ‘Surabaya Menggugat’ di depan DPRD Jatim pada 26 September 2019 dengan tuntutan penolakan UU KPK dan Revisi UU KUHP.
Terkait kericuhan ini, Wadir Intelkam Polda Jatim, AKBP Iwan Surya Ananta SIK tampak langsung menemui mahasiswa. “Saya ingin bertanya, yang mengajak adik-adik mahasiswa audiensi dengan Gubernur Jatim siapa? Yang memfasilitasi adik-adik untuk audiensi dengan Gubernur siapa? Coba tunjuk orangnya. Siapa? Karena dari undangan yang saya terima, tidak pernah menyampaikan ada audiensi, melainkan hanya silaturahmi dengan gubernur. Saya termasuk undangan. Silaturahmi dengan audiensi itu berbeda. Silaturahmi itu mempererat tali kekeluargaan,” kata AKBP Iwan.
Airlangga Pribadi sendiri mengaku sebagai pihak yang turut mengundang sekaligus menjembatani mahasiswa dan Gubernur Khofifah. Airlangga mengaku kecewa atas tuntutan mahasiswa tersebut.
“Awalnya kan dialog dengan saya. Saya berdialog dengan perwakilan mahasiswa. Dalam proses itu disepakati opsi kalian ingin berdialog dengan Bu Gubernur. Semua sudah disampaikan dan dipenuhi oleh provinsi. Adik-adik mahasiswa ingin apa, media? Media mainstream sudah kami sediakan. Adik-adik ingin live di Instagram dan sosial media, disediakan. Adik-adik akan mendiskusikan semua tuntutan dipersilakan. Saya bertanya sama adik-adik, saat dialog kalian dengan saya, apakah ada kesepakatan kita tidak akan makan-makan atau makan minum di Grahadi? Ada apa tidak?” teriak Airlangga sambil menggebrak meja.