Gowes Purwokerto–Bali 1.000 km Demi Pelajaran Kehidupan
Tujuh sekawan cyclist ini memang gokil. Mereka merencakan gowes gila 1.000km. Berangkat dari Purwokerto. Dihitung-hitung, 1.000 km pas jatuhnya di Denpasar, pulau Bali. Langsung direalisasikan gowes bareng ini.
Tak berlama-lama, tanggal 28 Oktober diambil sebagai tanggal start. Sekaligus memperingati hari Sumpah Pemuda. “Kami semua pemuda pemudi yang menyuarakan semangat kebangsaan melalui cara kami yaitu gowes!” tutur Minno Sutanto, peserta paling senior di perjalanan turing ini.
Selain Minno yang sudah berusia 64 tahun, ada Jeffry Lesmana (38), David Broto (38), Lia Wong (39), Hendri Lukman (43), Jansen Wong (44), dan Andreas Dhany (45).
Untuk persiapan, mereka kompak melakukan bersamaan selama tiga minggu. “Kita sering gowes bersama melatih endurance minimal 100 km per hari sekaligus mengukur kekompakan kami,” tutur Minno.
Setelah istirahat dua hari, latihan berlanjut. “Biasanya melahap 150 km setiap hari selama empat hari,” tambah Jeffry Lesmana. Di sela-sela latihan, mereka berkumpul untuk merencanakan rute dan urusan teknis lainnya.
Akhirnya diputuskan rute hari pertama melewati Purwokerto-Jogjakarta sejauh 180 km. Lantas hari kedua Jogjakarta-Madiun sejauh 175 km. Setelah masuk Jawa Timur, perjalanan dilanjutkan dari Madiun ke Pasuruan sejauh 180 km.
Dari Pasuruan rombongan gowes menuju Jember sejauh 137 km. Tepat tanggal 1 November, mereka menyeberang ke pulau Bali dan bermalam di Negara setelah gowes sejauh 154 km. Keesokan harinya, gowes berlanjut dari Negara menuju pantai Kuta sejauh 105 km.
Dan hari terakhir, 3 November memenuhi target 1.000 km, Minno dan kawan-kawan gowes dari Kuta menuju Kintamani sejauh 130 km. “Lega rasanya kita berhasil menyelesaikan target gowes 1.000 km ini,” tutur Minno yang masih enerjik di usianya.
Tidak ada resep khusus yang dijalankan oleh Minno. Hanya selalu sabar dan pintar-pintar membagi tenaga dan gantian di depan karena masih ada hari esok. “Saya selalu jaga heart rate di zona dua dan tiga agar tenaga tidak habis pada hari itu,” tuturnya.
Yang menggembirakan Minno adalah dalam perjalanan ini tidak ada masalah intrik antar cyclist. “Itu paling penting. Kerjasama dan kekompakan itu nomor satu di saat gowes jauh begini,” bilangnya memberi tips.
Malah Minno mengaku, gowes 1.000 km dalam tujuh hari ini tidak seberat yang dibayangkan. “Malah lebih berat gowes 300 km dalam sehari, loh!” bilang pengguna Specialized Comp ini bersemangat.
Selain Minno, Jeffery juga sangat bangga pada dirinya. “Saya belum pernah gowes dengan jarak sejauh ini. Setelah lulus ini saya punya pengalaman gowes dengan jarak ratusan kilometer. Banyak pelajaran hidup yang saya dapatkan yakni bahagia, tenang dalam perjalanan tidak emosi dan saling menjaga serta mengingatkan,” tutur Jeffry tanpa bermaksud sombong.
Meskipun tujuh sekawan ini berhasil menyelesaikan misi dengan sukses. Tapi bukan berarti tanpa kendala. Beruntung, kendala mereka adalah ban bocor berulang kali dan paling berat adalah putusnya anting Rear Derailleur (RD) sepeda Element FRC85 milik Jeffry.
“Selain ban bocor, kondisi cuaca panas yang membuat kami menderita. Contohnya panas dari Solo hingga Madiun membuat kami seperti dijemur,” bilang Andreas Dhany.
Lantas di hari ketiga perjalanan dari Madiun ke Pasuruan, sepeda milik Andreas mengalami ban bocor hingga empat kali. Lalu hujan sangat deras sehingga mereka harua berteduh dulu. “Hari ini lumayan berat, karena masuk hotel baru jam tujuh malam,” bilang Andreas.
Padahal target mereka adalah masuk hotel sebelum matahari terbenam. Sehingga bisa cuci baju dan cukup istirahat untuk perjalanan berikutnya. “Kita start jam tujuh pagi biasanya,” tutur Andreas.
Menurut Andreas, beruntung mereka melakukan banyak latihan sebelumnya. “Kondisi sesungguhnya di hari turing ini mirip dengan kondisi latihan kami. Bila ada yang lelah atau ingin buang air, kami berhenti di mini market terdekat sekalian istirahat,” tuturnya.
Selama perjalanan ini, mereka ditemani dengan satu mobil niaga yang membawa barang-barang seperti baju dan lainnya. Sekaligus mobil ini yang akan digunakan untuk meloading sepeda-sepeda kembali dari Bali ke Purwokerto tanggal 4 November.
Minno dan kawan-kawan sangat gembira atas pencapaian pertama ini. “Ada saran untuk kami agar gowes turing kemana lagi, ya?” tanyanya sambil menutup pembicaraan.
Advertisement