Gowes Gila! 420 Km Bandung-Pangandaran PP Tuntas 14 Jam
Hidup adalah petualangan. Istilah yang menggambarkan petualangan paling seru dalam setiap perjalanan. Delapan cyclist ini mempunyai rute gowes bareng yang seru. Sangat seru bahkan!
420 km, 4.400 meter elevation gain, 14 jam. Kemana? Bandung-Pangandaran pergi pulang! Seru dan gila! Sebetulnya rute Bandung-Pangandaran adalah rute klasik. Sering dilakukan sebagai perayaan ulang tahun klub sepeda BHHH2 Bandung sejak tahun 90-an awal.
Rute ini sejauh 215 km dan logikanya menurun karena dari gunung ke pantai Pangandaran. Tapi kenyataannya, harus melewati dua tanjakan terkenal dan merupakan jalur nasional.
"Tanjakan Nagreg dan tanjakan Gentong. “Itupun masih dibonus tanjakan Karang Nini sejauh 15 km sebelum masuk pantai Pangandaran,” bilang Fitra Tara Mizar, salah satu peserta gowes bareng Bandung-Pangandaran-Bandung (BPB) ini.
Pria ramah pengoleksi sepeda klasik ini menambahkan bahwa gowes jalur Bandung-Pangandaran itu akan mendapatkan elevation gain setinggi 1.650 meter! “Apalagi rute akhir Banjar-Pangandaran sejauh 63 km juga melawan angin besar pinggir pantai serta panas luar biasa,” imbuh Tara.
Nah, beberapa cyclist “gila” Bandung punya mimpi ingin menaklukkan Bandung-Pangandaran-Bandung (BPB) langsung. “Sampai sekarang belum terlaksana. Yang sering adalah menginap semalam dulu lantas besoknya balik Pangandaran-Bandung,” tutur Tara.
Pasalnya, ketika balik dari Pangandaran ke Bandung so pasti banyak jalur menanjaknya. Maklum dari pantai ke gunung. Total elevation gain mencapai 2.600 meter!
Jadi berangkatnya 215 km dan sudah capek menanjak setinggi 1.650 meter gowes selama 8 jam. Lantas langsung putar balik kembali ke Bandung sejauh 215 km lagi tapi kali ini total harus menanjak setinggi 2.600 meter dan gowes selama 10 jam! Gila, kan!
Semua itu bermula dari ide gila cyclist sepuh Kang Hartadi dan Cucu Eman yang akrab dipanggil Kang Coe. Tak heran ide ini muncul dari mereka. Kang Hartadi adalah pelari ultra marathon yang memenangkan lari Jakarta-Bandung 180 km. jura lari marathon 42 km lintas alam offroad. Cyclist aktif kota Bandung pemburu KOM dan cycling jarak jauh.
Sedangkan Kang Coe adalah cyclist senior Bandung yang gemar adventure. “Dia sering naik podium balap MTB,” tutur Tara. Mereka ingin melaksanakan rute gila BPB ini tapi selalu terkendala teknis.
“Akhirnya saya dan Youngky memberanikan diri mengiyakan ajakan ini. Dalam lima hari kami berdua mengatur segala macam urusan teknis. Termasuk memilih cyclist yang boleh dan mampu ikut. Memilih jalur, tools, tim motoris, wheelset cadangan, dan paling penting suplai makanan,” bilang Tara.
Awalnya ada 14 cyclist yang akan ikut. Tapi mendekati hari-H ada yang mundur. “Empat dari yang mundur itu kita harapkan bisa jadi pacer karena mereka adalah atlet Pelatda Jabar,” sesal Youngky.
Akhirnya diputuskan hari Sabtu, tanggal 19 September 2020 berangkat. Tak main-main, berangkat inipun sudah ada target khusus. Harus dibawah 6 jam! Karena orang lain biasanya minimal 8 jam Bandung – Pangandaran.
Dan mereka ingin menumbangkan rekor 6,5 jam Bandung-Pangandaran yang dicetak oleh Himawan Saputra bersama timnya di tahun 2014 lalu.
Jam 6.10 pagi, delapan orang cyclist yaitu Youngky Crips, Abdan Rosyidan, Kang Hartadi, Cucu Eman (Kang Coe), Uwo Kampou, Nauval Amarta Sakti, Gheo Fauzi, dan Fitra Tara Mizar berangkat dari Lingkar Soekarho Hatta Bandung. Dari delapan cyclist itu, hanya tiga yang bertahan di grup depan yaitu Tara, Youngky, dan Gheo.
Mereka bertiga resmi masuk Pangandaran di tugu Ikan Marlin setelah gowes 5 jam 46 menit! Jadi tembus waktu di bawah 6 jam Bandung Pangandaran! Edan!
Setelah kumpul semua. Siang itu mereka makan siang di pantai Pangandaran dan beristirahat sekitar satu jam. Balik ke Bandung ini banyak tanjakan yang lumayan “mematikan” perlahan.
Pertama, setelah Banjar yakni di Rajapolah yang gradiennya 3-8 persen sejauh 30 km. lantas ada juga rute rolling di Malangbong. Biasanya akan ngebut disini karena ada memomentum speed ketika turunan.
“Lantas ada tanjakan Gentong yang juga merayap sejauh 12 km dengan gradien tertingginya 22 persen,” imbuh Nauval. Dan terakhir, kembali tanjakan Nagreg sejauh 13 km. “Tapi ini bakal mematikan karena itu sudah di kilometer 380 dari start Bandung,” tambahnya.
“Kami putuskan balik Bandung harus bersama dan speed konstan. Karena menanjak dan kami sudah capek setengah perjalanan. Juga demi keamanan bersama,” jelas Youngky.
Tapi, kenyataannya di perjalanan balik ini, Kang Hartadi terus “memanasi” rombongan agar lebih cepat. Akhirnya disambut oleh yang lainnya dan berakhir speedy riding.
Diputuskan ada tiga pitstop saat balik ke Bandung. Di Banjar yang 66 km dari Pangandaran. Lantas di Gentong km 140. Terakhir, makan malam di Nagreg km 175 dari Pangandaran.
“Gila baru kali ini kami nanjak Gentong jam 8 malam dan Nagreg jam 10 malam. Gelap amat dan hanya pakai lampu sepeda dan lampu motoris pendamping kami. Juga pakai lampu mobil-mobil yang lewat,” cerita Nouval.
Beruntung, Maygifa dan Bambang, sekretaris umum team Salasa Kahiji pengalaman membawa motor dan menemani cyclist. Jadi mereka bisa menerangi jalan sekaligus menjaga agar aman dari tabrakan belakang.
Lucunya, Gheo dam Uwo merasa halusinasi saat berada di Nagreg km 390 itu. “Katanya mereka melihat sesuatu. Sehingga tidak berani jauh-jauh dari para sepuhnya. Mungkin sudah terlalu capek ya jadi mulai halu, deh,” cerita Tara lantas tertawa terpingkal.
Beruntung, tidak ada kendala teknis yang berarti selama perjalana lebih dari 400 km ini. Untuk suplai makanan dan minuman, Tara dan kawan-kawan menyiapkan Pocari Sweat, air mineral, Strive, dan Fitbar. Yang semuanya dibawa oleh motoris pendukung.
“Karena banyak maka suplai makanan saya tempelkan di sepanjang top tube sepeda saya sendiri,” tunjuk Tara lantas tertawa. Tak disangka, ketika kembali ke Bandung, mereka sudah merencakan mengulang rute ini!
“Saya ingin ajak cyclist-cyclist muda lainnya biar bisa merasakan asyiknya ultra gowes Bandung – Pangandaran – Bandung ini,” bilang Kang Coe yang menambahkan kurang hujan saja untuk melengkapi panas, dingin, dan semua kegilaan ini.
“Minimal saya bisa bilang ke cucu saya. Nak, Aki punya cerita dengerin yah! Aki pernah lari 180 km Jakarta Bandung dan Aki pernah gowes 430 km Bandung Pangandaran PP dalam sehari 12 jam saja,” ujar Kang Hartadi lantas tertawa terpingkal-pingkal.
Tara dan Youngky sangat gembira bisa memenuhi tantangan gila duet cyclist sepuh Bandung, Kang Hartadi dan Kang Cie yang usianya sudah hampir 60 tahun tapi sangat kuat ini. “Ini adalah pertama kali dalam sejarah gowes Jabar melahap rute Bandung-Pangandaran-Bandung langsung pergi pulang. Delapan cyclist ini dijuluki Gerbong Pangandaran Express,” tutup Tara bangga sambil menunjukkan bahwa average speed mereka 29,3 km/jam.
Peserta gowes Bandung – Pangandaran – Bandung
Youngky Crips sepeda Pinarello F10
Abdan Rosyidan sepeda Scott Foil disc brake
Hartadi sepeda Polygon carbon
Cucu Eman (Kang Coe)
Uwo Kampou sepeda Lapierre Team FD Jeux carbon
Fitra Tara Mizar sepeda Tommaso Genius 1996 steel dengan kombinasi gigi 53T + 11/29
Gheo Fauzi sepeda Trek Madone carbon
Nauval Amarta Sakti (atlet binaan Klub Sangkuriang) sepeda Eddy Merckx EMX3
Advertisement