Gorontalo Balapan Kampung, Sarana Latihan dan Pemersatu Cyclist
Rengkong Wangsa, salah satu cycling enthusiast dari Gorontalo, Sulawesi Utara sangat peduli dengan cyclist. Dirinya ingin agar dunia sepeda di salah satu kota di Sulawesi ini kian maju. Pun cyclistnya memiliki mental baja.
“Saya tercetus ide membuat mini kompetisi setiap hari Sabtu. Saya beri nama Gorontalo Balapan Kampung (GBK),” buka Rengkong. Tidak perlu ribet, hanya mengumpulkan poin setiap Sabtu lalu dijumlah di akhir bulan.
“Pemenangnya akan mendapatkan piala sebagai penghargaan,” bilang pria ramah ini. Pemenang juara satu mendapatkan 25 poin, juara dua mendapatkan 20 poin, dan juara tiga mendapatkan 16 poin. Semua rekapan poin ini dicatat sendiri oleh Rengkong dan akan dipublikasikan ke WhatsApp Group. Dan diambil poin final untuk menentukan pemenang bulanan.
Bukan berniat mengadu kemampuan cyclist. Tetapi Rengkong punya misi mulia. Menyatukan seluruh cyclist Gorontalo melalui GBK. “Dengan adanya GBK membuat seluruh cyclist memiliki satu tujuan yang sama. Sehingga mereka akan latihan bersama dan membuat atmosfir gowes di Gorontalo kian guyub,” jelasnyaPemilik Domestique Café ini sengaja memilih rute menanjak klasik yakni menuju Puncak Pinus Dulamayo. Tidak jauh, hanya 11,6 km. Tidak terlalu tinggi juga, elevasi hanya 740 meter.
Tetapi beberapa bagian tanjakannya curam. Sepanjang delapan kilometer memiliki gradien rata-rata empat persen. Ditambah dua kilometer dengan gradien rata-rata sepuluh persen. Lantas, diakhiri dengan 1,2 km dengan gradien rata-rata 12 persen.
“Hampir seluruh cyclist Gorontalo pernah menaklukkan tanjakan ini. Tetapi suasananya, semangatnya serta euforianya akan berbeda apabila dikompetisikan di akhir Minggu,” tukasnya.
Terbukti, ketika Gorontalo Balapan Kampung digelar pertama hari Sabtu tanggal 10 April lalu, banyak peserta yang tidak bisa menyelesaikan tanjakan Puncak Pinus Dulamayo ini.
“Waktu itu berangkat sekitar 15 cyclist, tapi yang bisa finis sempurna hanya enam,” tutur Rengkong.
Pria pengguna sepeda steel bike Pegoretti ini percaya dari 15 cyclist itu semuanya pernah lulus tanjakan ini. Tetapi karena euforia kompetisi mereka terlalu memaksakan diri di awal sehingga “habis” sebelum tanjakan usai.
Memang ini tujuan Rengkong. GBK diharapkan bisa jadi ajang latihan fisik maupun mental. Karena dengan adanya kompetisi seperti ini membuat para cyclist terpacu untuk latihan lebih terarah.
Selain itu, pelatihan mental sangat penting. Agar cyclist Gorontalo percaya diri kala harus keluar dan ikut balapan di luar Gorontalo. “Mengasah mental percaya diri di balapan sepeda itu penting,” tukasnya.
Ketika gelaran GBK yang kedua hari Sabtu tanggal 17 April lalu, berangkat 16 cyclist. Tapi yang bisa finis hanya enam cyclist. Sehingga poin klasemen bulanan berubah.
“Saya sangat gembira dengan ide Rengkong ini karena bisa menyatukan komunitas sepeda Gorontalo. Juga bisa berkompetisi secara sehat dan sportif. Saling mendukung dan bersatu memajukan mental cyclist Gorontalo,” puji Wiliam Lolong, dari komunitas Rajin Gowes Cycling Club (RGCC).
Wiliam juga menambahkan bahwa dengan adanya GBK bisa memberi pelajaran bagi diri sendiri. Yakni bagaimana menjadi diri sendiri. Mengolah kekuatan bertahan dalam jangka waktu lumayan lama. Karena medan menanjak yang cukup panjang dengan grade menantang.
“Gara-gara ada GBK ini membuat anggota RGCC termotivasi untuk latihan teratur dan konsisten agar bisa mencapai kemajuan diri sendiri,” bilang Wiliam. Hebatnya, Rengkong tidak memungut biaya apapun. Siapa pun boleh ikut. Usia berapa pun monggo hadir. Pun sepeda apapun silahkan join. Terpenting ada niat dan semangat tinggi.
“Pokoknya silahkan kumpul di kampus UNG jam enam pagi. Setor nama ke saya agar masuk daftar rekapan. Lalu silahkan balapan!” ujar Rengkong. Bahkan, Rengkong pun mengajak cyclist luar daerah Gorontalo untuk ikut serta.
Dirinya mengatakan tidak perlu bingung bila ada cyclist yang berkunjung ke Gorontalo dan ingin gowes. Langsung saja bawa sepeda dan ikut gowes Gorontalo Balapan Kampung ini.
Kebetulan Sabtu, 1 Mei lalu adalah kali keempat GBK digelar. Jadi sudah saatnya mendapatkan pemenang bulan pertama. Akhirnya yang menjadi juara overall bulan April adalah William, Kang Dede dari Bandung, dan Jimmny.
“Setelah melewati seri satu selama empat minggu meraih point tertinggi menjadikan pekerjaan ke depan untuk terus konsisten dan berlatih. Pengalaman utama yang saya pelajari dari rute menanjak dengan total elevasi 740 m ini adalah untuk mencapai waktu terbaik yang perlu di-upgrade adalah kekuatan kaki. Karena dengan sepeda yang telah di-upgrade pun akan memiliki hasil yang sama bahkan bisa lebih lambat apabila mental atau fisik kita kurang terlatih. Semoga even ini erus terlaksana di setiap Sabtu,” tutur William.
Rengkong akan terus menjalankan GBK ini bahkan dirinya mengaku sudah ada beberapa kerabat yang ingin berpartisipasi dalam memberikan hadiah-hadiah.
Advertisement