Gonjang-ganjing Harga Beras di Pasaran
Harga beras di pasaran masih mahal. Padahal pemerintah sudah jor-joran gelar operasi pasar hingga bagi-bagi bansos (bantuan sosial) beras. Tujuannya adalah untuk bisa menekan harga beras dan menjaga daya beli masyarakat.
Keresahan masyarakat makin menjadi-jadi setelah beras di ritel modern mulai lenyap. Banyak yang menduga, langkanya beras di ritel modern seperti Alfamart dan Indomaret karena stok beras digunakan pemerintah untuk bagi-bagi bansos.
Namun ternyata bukan begitu faktanya. Direktur Utama Perum Bulog Bayu Krisnamurthi menjelaskan, langkanya beras di ritel modern ini karena harga beras di tingkat produsen sudah tinggi, bahkan di atas HET.
"Pengusaha produsen beras tak ingin menjual rugi ke ritel modern. Sehingga mulai mengurangi pasokan beras ke sana (seperti Alfamart dan Indomaret). Kalau kita masuk ke pasar tradisional, itu tersedia berasnya, ada. Cuman mahal di atas HET (beras). Ini lah situasi gambaran perberasan sekarang," beber Bayu.
Presiden Jokowi menjelaskan, mahalnya harga beras dan kelangkaan di pasar dan ritel dikarenakan terlambatnya masa panen.
Info Grafis Gonjang-ganjing Harga Beras di Pasaran
Pemerintah mengatur Harga Eceran Tertinggi berdasarkan zonasi:
Zona 1 meliputi Jawa, Lampung, Sumsel, Bali, NTB, dan Sulawesi, HET beras medium senilai Rp 10.900/kg, dan beras premium Rp 13.900/kg.
Zona 2 meliputi Sumatera selain Lampung dan Sumsel, NTT, dan Kalimantan, HET beras medium sebesar Rp 11.500/kg dan beras premium Rp 14.400/kg.
Zona 3 meliputi Maluku dan Papua, HET beras medium sebesar Rp 11.800/kg, dan beras premium Rp 14.800/kg.
Presiden Jokowi menjelaskan, mahalnya harga beras dan kelangkaan di pasar dan ritel karena terlambatnya masa panen serta masalah distribusi yang terganggu banjir.
"Diatasi pengiriman dari Bulog ke daerah Pasar Induk Cipinang," jelasnya, usai meninjau stok beras di Pasar Induk Beras Cipinang, Jakarta Timur, Kamis 15 Februari 2024.
Data Kementerian Pertanian (Kementan), hasil produksi beras sejak akhir 2023 masih menunjukkan angka surplus.
"Surplus tersebut diperoleh dari hasil produksi beras sepanjang tahun lalu yang sebesar 30,96 juta ton. Plus tambahan alokasi impor beras sekitar 2,7 juta ton," menurut Direktur Serealia Tanaman Pangan Kementan, Mohammad Ismail Wahab.