Godfathernya Godfather Sepakbola
Legenda Mohammad Barmen di sepakbola bukan hanya terkait madu untuk pemain. Ia juga dikenal dengan tepukan ludah di tangan untuk kaki pemain yang cidera di lapangan.
Dulu, Bang Moh --demikian saya biasa memanggil-- sering ikut duduk di bench. Ia menemani pelatih dan dekat dengan para pemain cadangan. Itu terjadi di tahun 1980-an.
Hanya official tim yang bisa duduk dibangku yang ada di tepi lapangan ini. Di bangku itu biasanya diisi manajer, official, dan pemain cadangan. Tentu hanya official tim yang sedang bermain yang bisa duduk di sini.
Ketika itu, ia menjadi asisten manajer Persebaya. Bang Moh juga menjadi pengurus Persebaya ketika Manajer Persebaya dipegang EE Mangindaan. Saat Walikota Surabaya Purnomo Kasidi.
Lah apa yang dilakukan Bang Moh di lapangan? Ini yang membuat legenda tentang Bang Moh terbentuk. Setiap ada pemain ia langsung ikut lari ke tengah lapangan bersama tukang pijat.
Sesampai di lapangan, ia selalu meludahi telapak tangannya. Terus menepukkan ke kaki pemain yang cidera. Sambil menepuk ia tampak berbicara dengan pemainnya.
Uniknya, setelah itu, pemain yang cidera itu biasanya langsung bisa lari kencang. Mainnya pun bergas seperti orang kesetanan. Peristiwa seperti itu tidak hanya sekali dua kali terjadi.
Akibatnya banyak penonton menganggap Bang Moh punya kesaktian khusus. Yang bisa menyembuhkan cidera pemain. Sampai ia dijuluki sebagai maskotnya Persebaya.
"Padahal yang dilakukan saat mendatangi pemain cidera itu, Bang Moh membisikkan bonus tambahan jika ia bermain lebih baik lagi. Terkadang ia memberikan tambahan bonus dari koceknya sendiri," kata Jamil.
Mohammad Jamil adalah salah seorang wartawan kepercayaan Bang Moh. Ia yang sering mendapat tugas-tugas khusus dari pembina Assyabab yang sehari-hari menjadi pedagang grosir kain ini.
Ada hal lain yang membuat Bang Moh disegani dalam dunia sepak bola Indonesia. Tanpa diketahui banyak orang, ia ternyata menjadi perajut dia sosok kontroversial yang sering membuat hiruk pikuk negeri ini.
Kedua sosok itu adalah almarhum Haji Santo dan Andi Darussalam Tabusalla. Haji Santo meninggal sudah lama. Beberapa tahu lalu di Solo. Sedangkan Andi Darussalam wafat beberapa jam sebelum Bang Moh menghadap Sang Khalik.
Sejak meninggalnya Haji Santo, hiruk pikuk pesepakbolaan nasional menjadi kurang asyik. Sebab, ia dikenal sebagai orang banyak akal dan usil. Termasuk menjadi otak dibalik mundurnya Persebaya saat 8 Besar Divisi Utama 2005.
Haji Santo bukan asli Surabaya. Ia memulai debut ketokohannya dari Solo. Lalu ke ibukota Jawa Timur ini karena dibawa Gubernur Basofi Sudirman. Meski Basofi tak lagi jadi gubernur, ia tetap tinggal di Surabaya dan menjadi tokoh di sini.
Ia bisa disebut sebagai politisi bola yang ulung. Yang selalu membuat greget berbagai event olah raga dengan penonton terbesar di dunia ini. Setiap geriknya selalu diperhitungkan orang lain. Baik kawan maupun lawan.
Dia pula yang merayu saya untuk mau menjadi Ketua Umum Persebaya ketika semua pengurus lama diskors PSSI. Dia pula yang mengatur pemilihan saya menjadi aklamasi. Dunia bola Indonesia jadi sepi setelah ditinggalnya.
Makin sepi lagi ketika Andi Darusalam Tabusalla tak aktif di sepakbola. Apalagi setelah meninggal dunia tepat 17 Agustus 2021 yang baru saja kita lalui bersama.
Namun kalau kedua sosok ini masih hidup, kini pasti menjadi rumit karena perajut keduanya juga telah meninggalkan kita. Dia adalah Bang Moh, pembina Assyabab yang juga baru meninggal dunia.
Tak banyak tahu, ketiga orang tokoh sepakbola Indonesia itu saling kait mengkait. Kalau almarhum Haji Santo dan Andi Darusalam bisa disebut godfather, maka Bang Moh --demikian saya memanggil-- disebut godfather-nya godfather.
Tapi Bang Moh bukan godfather seperti yang dikenal dalam duni mafioso. Bukan seperti seorang pemimpin gang yang dihormati dan disegani tapi jahat. Ia jelas bukan seperti gambaran itu.
Bang Moh lebih disebut sebagai godfather yang baik. Godfather yang saleh. Yang menggunakan kharismanya untuk tujuan baik. Termasuk menyatukan Haji Santo dengan Andi Darussalam saat mereka berselisih.
Saat Kongres PSSI yang memilih Nurdin Halid sebagai ketua umum, Haji Santo dan Andi Darusalam berseberangan. Sejak awal Haji Santo mendukung Nurdin dan menjadi tim suksesnya. Sedangkan Andi tidak..
Bang Moh sangat ingin Andi masuk kabinetnya Nurdin. Namun Andi menolaknya. Karena itu, Bang Moh minta Haji Santo untuk mengurusi istrinya Andi yang sedang sakit. Bahkan biayanya ditanggung lewat Haji Santo.
"Bang Moh pesan jangan sampai Andi mengeluarkan uang sepeserpun untuk perawatan istrinya. Jadi Bang Moh tanggung semua tapi seakan-akan semuanya diselesaikan Haji Santo," cerita Jamil.
Dari situlah hubungan Haji Santo dan Andi menjadi rekat. Bahkan, setelah Haji Santo meninggal, Perpani (Persatuan Panahan Indonesia) diambil alih Andi dengan segala tanggungan yang ditinggalkannya. Sebagai balas budi kepadanya.
Dalam banyak hal, Bang Moh adalah perajut antar tokoh sepakbola yang saling bermusuhan. Ia melakukan hal itu dengan caranya sendiri. Bahkan tidak diketahui oleh orang lain. Ia pun rela keluarkan biaya banyak dari koceknya sendiri.
Kini Bang Moh, Haji Santo, dan Andi Darusalam sudah meninggalkan dunia bola yang dicintainya untuk selamanya. Akankah lahir orang-orang seperti mereka ke depan? Rasanya sulit dibayangkan.