Go War Machine, Alat Sangrai Kacang Otomatis Buatan Mahasiswa ITS
Kacang merupakan salah satu bahan makanan yang sering digunakan masyarakat Indonesia, untuk membuat selai, kue dan olahan makanan lainnya. Sayangnya, dalam pengolahan bahan ini, masyarakat Indonesia terutama Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) masih menggunakan alat sangrai konvensional yang memiliki banyak kekurangan.
Menilik hal itu, lima mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya merancang sebuah alat sangrai kacang otomatis yang mampu menghasilkan produk kacang dengan kematangan merata dan waktu yang lebih efisien. Mahasiswa itu adalah Arif Rachman Hakim, Andhika Bagus Alfian, M Nafis Ismail, Aprilia Dini Rosani, dan Putri Norma Aprilia.
Dengan menggunakan teknologi smart grid yang diberi nama Go War Machine mesin ini menggunakan tenaga dari panel surya yang nantinya terkoneksi dengan automatic transfer switch yang terhubung dengan jaringan listrik PLN.
“Output-an dari automatic transfer switch akan menyalurkaan energi listrik ke motor induksi yang selanjutnya memutar mesin,” jelas ketua tim, Arif Rachman Hakim.
Menurutnya, alat sangrai konvensional memiliki beberapa kekurangan yang merugikan pemakainya. Salah satunya yakni pekerja harus berada dekat dengan asap dari pembakaran bahan bakar arang dan kayu (biomasa tradisional). Sehingga tiga kali lebih tinggi berisiko untuk terkena penyakit paru kronis yakni Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD), dibandingkan pekerja dengan bahan bakar listrik dan gas.
Tak hanya itu saja, perputaran alat sangrai manual juga dapat mengakibatkan kematangan kacang yang tak merata dan jumlah produksi terbatas.
Rachman mengatakan, dengan Go War Machine usaha dagang tersebut dapat menghemat biaya operasional dibanding dengan alat konvensional. “Alat ini dapat menghemat biaya operasional hingga 81,68 persen dibanding alat manual,” ucapnya.
Ke depannya, alat yang dikerjakan dan terdaftar dalam Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) menuju Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas) ini diharapkan bisa berkelanjutan dan merata secara pemakaiannya.
“Semoga ke depannya alat ini bisa berkelanjutan dipakai oleh mitra dan juga bisa disosialisasikan ke UMKM kacang yang masih menggunakan alat konvesional,” pungkasnya. (amm)