Giliran Rumah Maestro Wayang Beber di Jawa Tengah Direnovasi
Mbah Tris, sapaan akrab Soetrisna, 78 tahun, dan istrinya, Mbah Ning (Hermin Istrianingsih), 68 tahun, begitu bahagia ketika Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo datang ke rumahnya, Kamis 14 Juli 2022. Keduanya adalah maestro wayang beber yang rumahnya dibantu perbaikan oleh Ganjar.
Wayang beber merupakan wayang yang terbuat dari kertas atau Daluwang (Kertas Jawa) yang dilukiskan per-empat episode cerita dan pementasanya berupa pertunjukan gambar yang digelar (dibeber). Pasutri itu masih aktif berkarya di rumahnya yang berada di Kampung Wonosaren, Jagalan, Surakarta.
“Maturnuwun sanget pak, niki sampun sae (rumahnya sudah bagus),” kata Mbah Tris dengan mata berkaca-kaca.
“Alhamdulillah, lha tapi kok kasure ngeten niki? Tak tumbaske sing empuk ya. Masa tidurnya di kursi begini,” kata Ganjar saat menengok kondisi rumah Mbah Tris pasca renovasi.
Mbah Tris dan Mbah Ning mendapat bantuan perbaikan rumah saat Ganjar berkunjung pada 2018. Saat itu, rumah mereka kondisinya memprihatinkan. Ganjar pun berjanji membantu perbaikan dan menyulap rumahnya sekaligus jadi studio.
“Beliau ini termasuk seniman yang langka. Dulu saya datang ke sini, mohon maaf, karena rumahnya juga tidak layak terus kemudian dibantu oleh teman-teman, Bank Jateng bantu untuk renovasi,” katanya.
Ganjar juga berterima kasih pada Walikota Surakarta Gibran Rakabuming Raka yang juga terus memperhatikan keberadaan pasangan seniman Wayang Beber.
Ganjar berharap dengan rumah yang lebih baik, Mbah Tris dan Mbah Ning bisa terus berkarya. Selain itu, rumah yang jadi studio juga bisa menjadi tempat membagi ilmunya untuk generasi saat ini.
“Tentu saja kita kepingin beliau selalu melukis terus. Melukis wayang beber, ilmunya diteruskan kepada yang lain gitu kan, yang anak-anak muda, sehingga keterampilan ini, seni ini akan terus saja hidup dan kemudian ngrembaka,” tutur Ganjar.
Di momen pertemuan mereka, Mbah Tris memberikan Ganjar sebuah lukisan terinspirasi dari kisah Cindelaras. Ganjar, kata Mbah Tris, diibaratkan seperti Cindelaras yang bisa menjadi raja tanpa senjata.
“Tadi lukisannya Cindelaras. Artinya kukuruyuk. Jagone Cindelaras, omahe tengah alas, payone godhong klaras, dia nuwun sewu ini cerita menjadi raja linuwih, tidak bawa senjata,” ungkap Mbah Tris.
“Mulane aku nganggo pakaian adat ki ora nggawa keris,” seloroh Ganjar membuat Mbah Tris tertawa.