Gigi Raja Arab Saudi, Guyonan Gus Dur Gegerkan Timur Tengah
Presiden ke-4 RI, KH Abdurrahman Wahid memang jagonya berkelakar. Khazanah humornya menyatu dalam kehidupan sehari-hari. Bumbu pengetahuan dikaitkan dengan konteks masanya, menjadi pesona tersendiri.
Dengan humor, seorang penguasa yang sangar di mata rakyatnya, dan tak pernah tersenyum, akan takluk dengan guyonan Gus Dur.
Kisah berikut menjadikan Gus Dur benar-benar seorang yang mampu "Melawan Melalui Humor", sebagaimana buku kumpulan tulisannya di Majalah Berita Mingguan Tempo, yang terbit menyusul kemenangan Gus Dur dalam Sidang Umum MPR 1999.
Gigi Sang Raja
Di Inggris, Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) antara lain menemui seorang ningrat Istana Buckingham yang sudah sangat tua. Protokol istana memberitahu bahwa pendengaran “Tuan Sepuh” sudah sangat payah. “Jadi, pandai-pandailah Anda mengatur diri,” pesan si protokol.
“Oke, oke, oke,” jawab Gus Dur sambil tersenyum, mungkin karena merasa, peran begini sudah sangat dikuasainya.
Benar saja. Ketika bertemu si Tuan Sepuh, langsung membuka percakapan bahwa dia adalah orang Jawa. Dan dalam kebudayaan Jawa, kata dia, orang yang lebih muda harus mendengarkan orang yang lebih tua.
“Jadi, karena saya lebih muda, saya akan lebih banyak mendengarkan daripada bicara,” ujar Gus Dur pada Tuan Sepuh.
“Wah, kebutulan telingan saya memang kurang baik,” jawab Tuan Sepuh dengan gembir. Sejurus kemudian Tuan Sepuh bicara terus dan membiarkan tamunya, Presiden Gus Dur, hanya menjadi pendengar.
Mampir di Arab Saudi, peristiwa itu diceritakan oleh Gus Dur kepada Raja Saudi, yang dikenal “sangat serius” dan hampir tak pernah tertawa.
Ternyata, ketika Gus Dur menceritakan peristiwa di Inggris itu, sang raja tertawa cukup keras, sampai giginya terlihat.
Belakangan, Kiai Mustofa Bisri atau Gus Mus bilang pada Gus Dur bahwa dia telah melakukan tindakan yang luar biasa bagi rakyat Saudi.
“Kenapa?” tanya Gus Dur.
Sebab sampeyan sudah membuar raja tertawa sampai giginya kelihatan, baru kali ini rakyat Saudi melihat gigi rajanya.”
Sumber:
Ger-Geran Bersama Gus Dur, Penyunting Hamid Basyaib dan Fajar W. Hermawan, Pustaka Alvabet, 2010)
Advertisement