15 Ribu Pengunjung, Giat patjarmerah Hidupkan Literasi
Tumpukan ratusan buku terpampang di eks-Bioskop Kelud, Kota Malang, dimulai 27 Juli hingga 4 Agustus 2019.
Bekas bioskop yang sudah lama mati tersebut disulap oleh patjarmerah, sebuah komunitas literasi yang berbasis di Kota Jogjakarta menjadi Festival Kecil dan Pasar Buku Keliling yang hadir di Kota Malang selama 9 hari lamanya.
Salah satu penggagas, patjarmerah, Windy Ariestanty, menuturkan, berliterasi tidak melulu di tempat yang popular. Literasi juga bisa hidup dan menghidupkan tempat yang selama ini tidak terpakai secara maksimal.
“Banyak cerita lahir dan terjadi di eks-Bioskop Kelud. Kelud memiliki sejarah panjang dan sangat melekat sebagai identitas Malang. Ia bisa jadi saksi buku yang ada di patjarmerah,” tuturnya.
Selain itu, dalam acara patjarmerah yang berjalan selama 9 hari tersebut, menghadirkan 70 narasumber mulai dari penulis, sineas, konten kreator, pemusik, jurnalis, blogger dan komunitas yang lainnya juga akan turut memeriahkan Festival Kecil dan Pasar Buku Keliling patjarmerah.
“Literasi tidak melulu tentang buku. Lebih dari itu, segala hal yang menyangkut teks dalam wujud apapun. Segala bentuk komunikasi yang menuntut pemahaman mendalam itu juga termasuk dalam dunia literasi,” tutur Irwan Bajang, yang juga penggagas patjarmerah.
Pada hari ini, 3 Agustus 2019, sudah 8 hari lamanya Festival Kecil dan Pasar Buku Keliling patjarmerah berjalan. Namun, tercatat dari 6 hari lamanya acara tersebut telah diselenggarakan, mampu menyedot sekitar 15 ribu pengunjung.
“Kami begitu senang dengan antusiasnya warga Malang. Kami menargetkan total pengunjung bisa lebih banyak lagi,” ucap Irwan Bajang.
Bahkan, menurut Irwan, patjarmerah juga disambut oleh ratusan pelajar di Malang. Beberapa sekolah bahkan memberikan tugas tersendiri menulis berita dari Festival Kecil Literasi dan Pasar Buku Keliling ini.
Adapun berbagai macam buku yang dijual dalam acara patjarmerah mulai dari fiksi dan non-fiksi, buku anak, hingga buku penunjang pelajaran yang diterbitkan oleh lebih dari 50 penerbit nasional, baik arus utama maupun independen. (teo)