Tidak Merayakan Natal 25 Desember, Ini Alasan Gereja Advent
Sebagian besar umat Kristiani di seluruh dunia, mempercayai 25 Desember adalah hari kelahiran Yesus. Berjuta-juta orang yang percaya kepada Yesus merayakan tanggal tersebut, .sebagai hari raya keagamaan yang istimewa. Beberapa g.Gereja saat ini sedang sibuk bersolek untuk menyabut perayaan Natal.
Tetapi sebagian pengikut Yesus menyadari, Alkitab tidak memberikan informasi tentang tanggal kelahiran Yesus. Apakah Dia lahir pada bulan Desember atau Juli ataupun bulan lainnya. Sehingga, tidak diketahui bulan dan tanggal yang pasti tentang kelahiran Kristus.
Beberapa literatur menyebutkan selama lebih dari 300 tahun hari Natal dirayakan pada tanggal yang berbeda-beda. Pada tahun 354 M, Bishop Roma mengumumkan bahwa tanggal 25 Desember sebagai hari raya penyembahan berhala untuk menghormati Dewa Saturnus yang harus dirayakan oleh orang Kristen untuk menghormati kelahiran Kristus.
Tetapi di Timur Tengah, tanggal ini tidak diterima dan selama berabad-abad tanggal 6 Januari dirayakan sebagai hari kelahiran Yesus, terutama di Mesir. Beberapa cabang gereja Ortodox Timur, bahkan sekarang ini merayakan tanggal 6 Januari sebagai hari raya Natal.
"Itulah salah satu alasan mengapa gereja advent tidak merayakan natal secara organisasi, sebab umat Advent menjalankan ajaran Yesus yang murni sesuai Alkitab," kata HI Misa.
Sedang Gereja Advent Masehi Hari Ketujuh, sama sekali tidak merayakannya. Di Gereja Katolik dan Protestan pada malam Natal hingga keesokan harinya 25 Desember dipenuhi jemaat untuk kebaktian Natal. Namun, di Gereja Advent malah tutup. Tidak ada kegiatan apapun terkait perayaan Natal.
General Conference Gereja Advent Masehi Hari Ketujuh DR HI Misa, mengatakan Gereja Advent percaya akan kelahiran Yesus. Namun bukan pada tanggal 25 Desember. Di dalam Alkitab tidak ada perintah dari Yesus untuk merayakan hari kelahiran, kematian, kebangkitan, bahkan kenaikannya. Yang ada hanya Yesus meminta umat Kristiani memperingati kematiannya dikayu salib untuk menebus dosa umat manusia melalui paskah.
"Itulah salah satu alasan mengapa gereja advent tidak merayakan natal secara organisasi, sebab umat Advent menjalankan ajaran Yesus yang murni sesuai Alkitab," kata HI Misa kepada ngopibareng.id, sebelum kembali ke tempat tugasnya di AS, Kamis 20 Desember 2018.
Yang menarik untuk dicatat, banyak di antara perayaan yang berhubungan dengan Natal berawal dari penyembahan berhala. Bukan dari Alkitab. Banyak di antaranya berasal dari Katolik juga. Contohnya, nama Christmas (Natal) itu sendiri berasal dari kata “Christ (Kristus)” dan “Mass (hari raya besar)” yang ditujukan pada penyembahan gereja Roma Katolik. Pohon Natal berawal di Scandinavia. Para penyembah berhala di belahan dunia itu menyembah pohon-pohon sebelum mereka menjadi orang percaya kepada Kristus.
Menghiasinya dengan beragam macam hiasan warna-warni berawal dari imam-imam Celtik kuno yang disebut Druids, yang menggunakan hiasan sebagai jimat-jimat untuk mengusir roh-roh jahat. Pembakaran batang kayu Natal yang sudah biasa dilakukan di banyak negara, berasal dari orang Skandinavia kuno yang membakar sepotong batang kayu sekali setahun untuk menghormati Thor dewa Guntur.
Lihat World Book Encyclopedia (Ensiklopedia Buku Dunia) untuk melihat contoh-contoh lain dari pengaruh penyembahan berhala dalam tradisi-tradisi Natal.
Alkitab memberikan dua cerita tentang kelahiran Yesus. Keduanya dapat ditemukan di dalam kitab Matius 1 dan 2 serta Lukas 2. Tidak disebutkan tanggalnya. Tidak ada perintah yang diberikan untuk merayakan hari kelahiran Yesus. Tidak ditemukan contoh dalam Perjanjian Baru adanya perayaan kelahiran Kristus. Sebaliknya Perjanjian Baru menekankan pada kematian dan kebangkitan Kristus. KematianNya adalah untuk pengampunan dosa-dosa umat manusia.
Bagaimana seharusnya sikap orang Kristen terhadap Natal? Akankah Natal dirayakan sebagai hari kelahiran Kristus? Pendeta Advent HI Misa menjawab "tidak". Jika melakukannya, maka itu tanpa otoritas Alkitabiah dan mengikuti tradisi-tradisi manusia dari pada Firman Allah.
Tentang ornamen Natal seperti palungan atau kandang domba, bintang berkedip di langit dan pohon cemara berbalut salju pada saat Kristus lahir, oleh HI Misa dikatakan itu imajinasi belaka, bukan merujuk pada Alkitab.
"Pada ornamen itu digambarkan seakan Yesus lahir di kandang domba pada musim salju. Padahal Tanggal 25 Desember di Batlehem kota tempat kelahiran Yesus tidak terdapat musim salju. Dan pada musim salju, bintang tidak akan terlihat," kata HI Misa.
Ignatinus Christoper Keinama, mantan pendeta yang sekarang menjadi pembina mualaf di Masjid Agung Sunda Kelapa, Menteng Jakarta Pusat, juga mengatakan, semua pendeta dan pastor sebenarnya tidak mengetahui tanggal dan bulan kelahiran Yesus. Namun, tidak mengatakannya secara terbuka kepada umat.
"Waktu saya menjadi pendeta, juga melakukan hal sama, ikut menyebut 25 Desember adalah hari kelahiran Yesus Kritus atau Isa Almasih," kata Keinama.
Agustinus Christoper Keinama ini sebelumnya adalah pendeta GPIB kelahiran Ambon yang pernah memperdalam Al Kitab di Haiva Yerussalem dan Belanda.
Ketua Konferensi Wali Gereja Indonesia (KWI) Mgr Ignatius Suharyo maupun Ketua Persekutuan Gereja Indonesia ( PGI ) Pdt
Henriete Hutabarat Lebang, mengatakan menghayati makna Natal atau kelahiran Yesus dalam diri setiap umat Kristiani, sesungguhnya lebih penting dari sekadar mempersoalkan kepastian tanggal dan bulan kelahiran-Nya.(asm)
Advertisement