Gercepnya Anak Buah Basuki, Ini yang Bikin Infrastruktur Melejit
Saya baru paham kenapa Menteri Basuki Hadimuljono menjadi menteri hebat saat ini. Ternyata, ia memang punya anak buah yang hebat-hebat juga.
Ini saya alami saat bersama Butet Kertarejasa membantu kawan mengkampanyekan inovasi di bidang teknologi pengerasan tanah. Matos Soil Stabilizer, namanya.
Ini adalah produk aplikasi teknologi pengerasan tanah karya ahli teknik sipil UGM dan ahli teknik kimia Universitas Islam Indonesia (UII). Produk ini sudah berhasil mendapat sertifikasi dari laboratorium PU.
Tak ada rencana berkampanye tentang aplikasi ini ke Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional VIII yang punya wilayah kerja Jawa Timur dan Bali. Unit kerja Kementerian PUPR. Semula hanya ke Dinas Bina Marga dan Pekerjaan Umum Jatim.
Ke Dinas Bina Marga Jatim juga karena respon positif Gubernur Khofifah Indar Parawansa. Yang ditindaklanjuti para punggawanya. Mulai Sekda, Ketua Bappeda, dan kepala Dinas Bina Marga.
Sebulan lalu, saat Butet pentas Teater Gandrik di Surabaya, Gubernur mengundangnya makan malam. Di tengah perbincangan, Butet bercerita tentang inovasi yang dilakukan kawannya di Jogja.
Saat itu juga ada Sekdaprop Heru Tjahjono. Mantan Bupati Tulung Agung dua periode yang juga sarjana teknik sipil. Ia pun paham sekali tentang problem pengerasan tanah untuk jalan.
Gayung bersambut. Gubernur minta inovasi itu dipresentasikan ke anak buahnya. Siapa tahu bisa diterapkan dalam membangun jalan-jalan provinsi. Juga jalan kabupaten kota yang membutuhkan stabilizer tanah.
Di Dinas Bina Marga dan PU Jatim, tim Matos didampingi Butet mempresentasikan inovasinya. Juga beberapa pekerjaan pengerasan tanah untuk jalan di berbagai daerah. Mulai Papua, Sumatera dan Kalimantan.
Usai diskusi, mereka menginformasikan pembangunan Jalur Lintas Pantai Selatan yang sedang berjalan. Tapi ini bukan wilayah kerja propinsi. Melainkan wilayah kerja Kementerian PUPR. Teknisnya di Balai Besar PJN VIII.
Karena tak punya kontaknya, saya minta bantuan Kadis Bina Marga Jatim Gatot Sulistiyo Hadi. Ia pun mengontak Kepala Balai Besar PJN VIII Achmad Subki. Juga mengirimkan nomer hapenya ke saya.
Sejam kemudian ia baru berhasil kontak. Saya pun mengirim whatsapp kepadanya. Itu sudah jam 16 sore, saat para ASN pulang kerja. Karena itu, saya pesimistis bisa ketemu hari itu juga.
Tapi apa yang terjadi, jam 16.30, Achmad Subki yang ternyata adik Menkopolhukam Mahfudz MD ini membalas wa saya. Ia mempersilahkan kalau sore itu datang ke kantornya.
Butet yang sudah siap balik ke Jogja pun dan saya langsung meluncur ke kantornya di kawasan Waru Sidoarjo.
"Lho, jam berapa biasanya Pak Subki pulang dari kantor," kata saya kepada resepsionis, perempuan cantik dan muda itu.
"Habis maghrib Pak. Setelah semua karyawannya pulang semua," jawabnya. Ia pun menyempatkan minta foto dengan Butet.
Kami disambut gembira Subki yang ternyata masih rapat dengan sejumlah staf di ruangannya. Setelah berbasa-basi sebentar, Butet menyampaikan maksud kunjungannya.
Subki menanggapinya dengan antusias. "Kalau ada inovasi dari anak bangsa, harus kita coba. Apalagi kalau tingkat efesiensinya lebih tinggi," katanya.
Ia pun lantas memanggil sejumlah pimpinan yang berurusan dengan pembangunan jalan. Ia memutuskan sore itu tim Matos presentasi di depan anak buahnya.
Meski sudah di luar jam kerja, dalam waktu 5 menit sejumlah anak buahnya berhasil dikumpulkan. Ada 15 orang siap mendengarkan inovasi anak bangsa dari Jogja ini.
Gercep. Gerak cepat betul. Berarti sejumlah orang penting di balai itu juga belum pulang kerja sebelum maghrib. Hebat.
Rupanya, cara kerja Menteri Basuki telah menular sampai bawah. Ini barangkali yang membuat pembangunan infrastruktur di eranya cepat melejit.
Subki memimpin langsung rapat dadakan sore itu. "Ini ada inovasi dari anak bangsa sendiri. Selama ini kita memakai produk asing untuk ini. Kalau ada karya anak bangsa, kenapa tidak kita pakai," katanya memberi kata pengantar.
Butet, seniman multi talenta, bilang ia menyokong ini karena karya anak bangsa. "Apalagi, sejauh yang telah diberitahukan ke saya, teknologi ini memberi efesiensi yang signifikan," katanya.
Diskusi dadakan setelah presentasi pun berlangsung serius. Banyak pertanyaan kritik diajukan. Dari pertanyaan yng terlontar tergambar anak buah Menteri Basuki ini sangat menguasai teknis.
"Hebat. Pertanyaan-pertanyaan mereka sangat kritis dan menujukkan penguasaan teknis yang kuat. Saya lebih suka yang demikian," kata Dwi Purnomo, Direktur Matos Soil Stabilizer.
Mau tahu mengapa dinamakan Matos. Eh, ternyata itu bermakna lemah atos (tanah keras) atau marakne atos, membuat tanah jadi keras.
Selama ini, produk inovasi teknologi untuk pengerasan dasar jalan ini bersaing dengan produk dari Jerman. Juga dari Australia.
"Kelebihan Matos bisa customized, menyesuaikan struktur tanah di Indonesia yang beragam. Setiap mau mengerjakan, tanahnya harus dilab dulu," tambahnya.
Ia juga memberikan garansi setahun atas pekerjaannya. Jaminan yang tidak diberikan produk lainnya.
Setelah puas berdiskusi, Subki pun memutuskan inovasi anak Jogja ini perlu dicoba. Khususnya untuk pembangunan jalan yang tanahnya lunak dan ekspansif.
Gercep betul.
Subki yang baru 6 bulan pindah dari Aceh untuk memimpin Balai yang berpusat di Sidoarjo ini kayaknya meniru cara gercep bosnya: Menteri Basuki.
Saya pun pulang dengan optimisme negeri ini akan makin baik dengan kinerja ASN seperti anak buah Basuki ini.