Gerakan Amar Ma’ruf Perlu Dinamis, Pesan bagi Kader Muhammadiyah
Hadirnya madrasah Muallimin dan Muallimaat langsung dari tangan, pikiran, dan hati KH. Ahmad Dahlan dan Nyai Ahmad Dahlan.
“Madrasah Muallimin dan Muallimaat ini memiliki sejarah yang cukup panjang. Hadir setahun setelah 'Aisyiyah didirikan pada tahun 1918 dan berubah menjadi Madrasah pada 1923,” kata Ketua Umum Pimpinan Pusat 'Aisyiyah Siti Noordjannah Djohantini.
Menurut Noordjannah, seminar ini penting untuk merefleksikan peran dan fondasi Muhammadiyah ‘Aisyiyah yang dilakukan melalui Madrasah.
“Bagi Muallimaat dalam kontek tersebut ada dua hal tujuan akhirnya, yakni menginginkan alumni yang menjadi guru dan pemimpin putri Islam,” ujar Noordjannah, dalam keterangan diterima ngopibareng.id, Selasa 27 November 2018.
“Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah tidak mundur selangkah pun untuk melakukan tiga hal tersebut melalui banyak hal termasuk amal usaha yang dimiliki untuk menjadikan bangsa maju dan kuat dan memiliki keadaban yang tinggi,” kata Ketua Umum Pimpinan Pusat 'Aisyiyah Siti Noordjannah Djohantini.
Hal senada diungkapkan Noordjannah sebelumnya, dalam acara Seminar Internasional “Peran Perempuan dalam Pendidikan dan Politik Kebangsaan” di Gedung A Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta (UNISA), Minggu 25 November 2018.
Sementara itu, menurutnya, peran perempuan dalam politik kebangsaan Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah meneguhkan, mencerdaskan, memajukan kehidupan bangsa.
“Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah tidak mundur selangkah pun untuk melakukan tiga hal tersebut melalui banyak hal termasuk amal usaha yang dimiliki untuk menjadikan bangsa maju dan kuat dan memiliki keadaban yang tinggi,” jelasnya.
Dalam hal tersebut, lanjut Noordjannah, tidak boleh dilupakan bahwa ‘Aisyiyah hadir dalam Kongres Perempuan pertama sebagai salah satu inisiator dan steering comitte.
“Hal ini membuktikan bahwa ‘Aisyiyah juga hadir memikirkan kemajuan bangsa Indonesia melalui perempuan sejak dulu,” katanya lagi.
Lalu apalagi yang perlu kita lakukan dalam politik kebangsaan? Noordjannah menambahkan, kader-kader Muhammadiyah dan 'Aisyiyah perlu mendinamisir peran gerakan perempuan secara internal dan eksternal agar memiliki pengaruh dan mempengaruhi Indonesia menjadi Indonesia yang berkemajuan,” katanya
Selain itu, sebagai kader Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah harus mendinamisir gerakan amar ma’ruf, gerakan di komunitas, ikhtiar pemberdayaan, dan masuk di relung-relung pengambil kebijakan yang bisa dilakukan oleh perempuan.
“Kita bisa mendorong perempuan yang hadir di partai politik untuk menyuarakan aspirasi dakwah kebaikan, maupun gerakan Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah,” tutur Noordjannah. (adi)