Gerakan Aksi Mahasiswa untuk Koreksi
Baru seminggu Idul Fitri 1443 H, BEM NUS dan BEM SI, masing-masing sedang mempersiapkan pertemuan dalam rangka merencanakan aksi unjuk rasa sebagai kelanjutan dua aksi sebelumnya yang telah dimulai pada 12 April 2022. Temanya semakin mengerucut seperti judul tulisan ini --"Gerakan Aksi Mahasiswa untuk Koreksi" -- yang menunjukkan suatu tekad untuk melakukan suatu perubahan nasional. Aksi akan meluas di kota besar dan kecil.
Dua aksi mahasiswa selama Ramadhan menunjukkan substansi persoalan nasional yang mereka perjuangkan. Di permukaan mereka mengusung isu kenaikan harga, kelangkaan beberapa kebutuhan hidup, represi terhadap demokrasi, membengkaknya hutang negara, isu korupsi (KKN), kesenjangan ekonomi dan makin mengguritanya kendali oligarki terhadap kekuasaan.
Kalau dihubungkan dengan gerakan mahasiswa pada 1998, maka gerakan mahasiswa saat ini merupakan koreksi terhadap pelaksanaan reformasi sebagai penjabaran UUD 2002 yang bernafaskan liberalisasi politik-ekonomi-sosial. Gerakan politik moral yang mereka lakukan menyasar kepada hal yang mendasar, yaitu pelurusan terhadap “Reformasi 1998 “ yang diperjuangkan oleh para seniornya 24 tahun lalu.
Ada sementara kalangan yang berusaha mengalihkan perhatian publik dengan berspekulasi tentang kemungkinan keterlibatan asing atau subversi dalam aksi mahasiswa, tetapi hal itu tidak didukung fakta pendukung yang cukup. Subversi negara besar manapun saat ini bukan saat yang tepat manakala Indonesia sedang menjadi ketua negara-negara G-20.
Kealpaan Mengawal Pemberantasan Korupsi
Factor utama yang mendorong timbulnya aksi mahasiswa adalah kealpaan dalam mengawal pemberantasan korupsi yang cenderung menurun pada periode lima tahun kedua dan juga kurangnya sensitifitas dalam merespons kritik dari masyarakat. Selain itu menjadi tanda tanya bagi masyarakat kenapa pemerintah kurang serius mengurangi polarisasi politik atau pembelahan masyarakat. Bahkan ada kesan “memeliharanya“ yang ditandai dengan nada serunya cuitan para buzzers.
Ada juga kealpaan para operator politik, karena tindakannya yang sembrono kemudian berpotensi menodai reputasi atau nama baik President dan keluarganya yang selama ini terkenal sangat “bersih". Mungkin para operator tidak memahami atau lengah bahwa keluarga Presiden selalu menjadi incaran dari para oligar demi kepentingan ekonomi atau politik pribadi.
Dalam spionase hal itu dikenal dengan istilah “little hook atau kait kecil" semacam jebakan atau perangkap. Misalnya dengan membantu dana suatu kegiatan sosial dari keluarga istana , tetapi mempunyai maksud tersembunyi yaitu untuk mendapat keuntungan yang lebih besar.
Politik akal bulus.
Gerakan mahasiswa selama ini rawan terhadap penetrasi atau campur tangan politik dari kekuatan politik lain dan kalau itu terjadi bisa menimbulkan kerusuhan. Namun sepanjang aksi atau gerakan mahasiswa tsb direspons secara proportional dalam koridor hukum dan persuasif serta akomodatip tanpa meninggalkan sikap tegas, maka gerakan koreksi tersebut akan semakin memperkuat politik dan demokrasi.
DR KH As'ad Said Ali
Pengamat Sosial-Politik, tinggal di Jakarta.
Keterangan:
BEM NUS = Badan Eksekutif Mahasiswa Nusantara
BEM SI = Badan Eksekutif Mahasiswa se-Indonesia
Advertisement