Gerak Jalan Mayangkara, Napak Tilas Mayor Djarot di Lamongan
Gerak jalan tradisional napak tilas Mayangkara, di Lamongan kembali digelar. Gerak jalan ini vakum selama dua tahun terakhir akibat pandemi COVID-19. Akibatnya, peserta tahun ini pun membeludak.
Tercatat sebanyak 287 regu ikut menyusuri jalan sepanjang 19 kilometer jurusan Lamongan - Mojokerto tersebut. Terdiri dari regu pelajar putra, regu pelajar putri, serta dari kategori umum. Setiap regu dikuti tujuh orang.
Gerak jalan ini merupakan agenda wajib tahunan di Lamongan. Rute yang diambil merupakan napak tilas perjuangan prajurit Batalion Mayangkara yang dikomandani Mayor Djarot Subiyantoro saat melawan penjajah Belanda tahun 1945 - 1955.
Adapun nama Batalyon Mayangkara, diambil dari nama kuda putih pemberian Kepala Desa Mantup, Kabupaten Lamongan kepada Mayor Djarot Soebyantoro saat itu. Tepatnya, ketika pemindahan markas ke Mantup.
"Karena itu, untuk mengenang jasa Mayor Djarot dan batalion yang dipimpinnya, di Mantup ini dibangun gedung dan monumen patung kuda yang juga dinamai Mayangkara. Karen itu pula, gerak jalan Mayangiara ini selalu mengambil start di depan gedung Mayangkara dan finish di depan Pendapa Pemkab Lamongan," kata Camat Mantup, Suwanto Sastrodiharjo, di sela acara pemberangkatan, Sabtu 3 September 2002.
Seperti biasa, gerak jalan Mayangkara diberangkatkan Bupati Lamongan Yuhronur Efendi. Ini menjadi peristiwa pertama kali baginya, sejak dilantik pada 2020.
Menurut Yuhronur Efendi, kegiatan ini dijadikan momentum untuk menanamkan jiwa kejuangan yang sudah ada sejak dulu di Lamongan. Dengan jiwa patriotisme dan nasionalisme, diharapkan mampu mendorong semangat hingga memudahkan upaya mencapai kejayaan Lamongan yang berkeadilan.
"Karena dengan peringatan napak tilas Mayangkara tiap tahunnya pasti akan memotivasi kita menerapkan nilai-nilai kejuangan layaknya leluhur kita dahulu," tandasnya.