Geprindo Ajak Warga Tionghoa Tidak Rasis
Jakarta; Gerakan Pribumi Indonesia (Grepindo) mengajak warga Tionghoa tidak rasis dalam pemilihan kepala daerah putaran terakhir yang akan datang, 19 April 20017. Ajakan itu disampaikan Presiden Grepindo Bastian P Simanjuntak dalam siaran pers Senin (20/3).
''Ajakan Geprindo bukannya tanpa dalil namun berdasarkan hasil pilkada putaran pertama yang lalu. Ahok selalu menang telak di TPS-TPS yang dihuni warga Tionghoa. Ini bukti bahwa warga Tionghoa belum BerIndonesia karena memilih berdasarkan kesamaan ras,'' tulisnya.
Padahal Pribumi, lanjutnya, sebagai 'tuan rumah' tidak memilih berdasarkan ras dan kesukuan. Selain menjurus ke politik identitas, alasan warga Tionghoa memilih Ahok karena kesamaan ras akan mengakibatkan disharmoni antara warga Tionghoa dan Pribumi. Selain faktor kesamaan ras, warga Tionghoa turunan juga terinfiltrasi isu bila Ahok kalah akan berlaku syariat Islam.
Terkait dua hal itu, Geprindo ingin mengajak warga Tionghoa untuk Ber-Indonesia. Perlu warga Tionghoa ketahui bahwa Ahok bukan berjuang untuk warga Tionghoa namun untuk para cukong dan pengembang. Para cukong dan pengembang yang ingin disharmoni antara Pribumi dan warga turunan terganggu.
''Rencana besar para cukong dan pengembang untuk mengimpor warga tionghoa daratan ke Indonesia itulah yang sebenarnya. Kehadiran mereka bukan hanya akan mengancam Pribumi akan tetapi akan berdampak pula bagi warga Tionghoa yang telah lama mendiami nusantara terutama Jakarta. Selain konflik horizontal karena sentimen ras, kehadiran mereka pun akan tetap memberi ancaman bagi warga Tionghoa secara ekonomi.''
Menurut Bastian, kita semua tahu bahwa masih banyak warga Tionghoa hidup dibawah garis kemiskinan. Masih ada warga Tionghoa yang berjualan es lilin keliling, cendol, bahkan menjadi pengemis. Kehadiran warga china daratan hanya akan menambah persoalan, karenanya warga Tionghoa harus berani menentang Ahok yang akan melakukan impor warga china daratan melalui cukong dan pengembang.
Warga Tionghoa harus paham bahwa dasar negara kita adalah Pancasila, dan Jakarta merupakan contoh kemajemukan yang harmoni. Kemajemukan yang ada selama ini berjalan karena kita mampu memainkan 'irama' Bhinneka Tunggal Ika secara benar. Kita tak ingin harmoni yang sudah ada akan terkotak-kotak oleh propaganda berlakunya syariat Islam.
''Mari warga Tionghoa bersama-sama Pribumi membangun Kota Jakarta khususnya dan Indonesia umumnya. Sekali lagi Geprindotegaskan bahwa Ahok berjuang untuk para cukong bukan untuk warga Tionghoa turunan apalagi Pribumi, dan isu pemberlakuan syariat Islam bila Ahok kalah adalah kebohongan yang diulang-ulang,'' tegasnya. (frd)
Advertisement