George Floyd Tewas, Protes Cabut Dana untuk Kepolisian Bergema
Tewasnya George Floyd di tangan polisi menimbulkan protes yang tak berkesudahan. Kini, pengunjukrasa meneriakkan wacana cabut dana dan dukungan untuk lembaga kepolisian di Amerika Serikat, lewat kalimat Defund the Police.
Dilansir dari Reuters, gerakan ini muncul akibat kemarahan atas besarnya anggaran yang dikucurkan untuk polisi dan militer, sekaligus dengan tugas yang dibebankan pada lembaga itu, yaitu untuk memerangi penyakit sosial termasuk kecanduan, gangguan jiwa, dan gelandangan.
Para pendukung gerakan ini menyebut jika dana itu lebih baik dikucurkan untuk layanan sosial serta penelitian ulang, untuk menentukan tindakan apa yang bisa dikategorikan sebagai kriminal.
Wacana mencabut dukungan dan dana pada polisi pun keluar merujuk pada dua hal. Pertama, sejumlah pengunjukrasa menginginkan penghapusan lembaga kepolisian, yang awalnya dibentuk untuk menangkap budak yang kabur, di awal abad 19.
Selain itu, pengunjukasa juga menginginkan dikuranginya anggaran yang terus membengkak, sejak tahun 1990an. Anggaran untuk kepolisian mencapai 30 persen dari bujet umum di Atlanta dan Orlando di tahun 2017, kemudian hampir 40 persen di Chicago, menurut Pusat Demokrasi Populer.
Mengurangi anggaran kepolisian diharapkan bisa menyelamatkan uang untuk digunakan pada program sosial. "Mereka berfikir polisi tak bisa diperbaiki, jadi mereka berfikir untuk mengurangi beban di kepolisian," kata Alex Vutale, profesor sosiologi di Brooklyn College, sekaligus penulis buku "Berakhirnya Kepolisian" di tahun 2017.
Tuntutan itu kemudian direspon beragam oleh sejumlah kota. Di Los Angeles pemerintahannya memotong anggaran hingga USD 150 juta dari total USD3 miliar anggaran di departemen kepolisian, pada minggu ini, sebagai bagian dari pemotongan belanja besar-besaran. Walikota Eric Garcetti, seorang Demokrat, mengatakan jika tujuan pemotongan adalah untuk menyelamatkan uang "sehingga kami bisa investasi di pekekerjaan, kesehatan, pendidikan, dan kesembuhan," katanya.
Di New York, yang mengalami defisit sebesar USD9 miliar, dewan kota mendorong Walikota dari Demokrat, Bill de Blasio, untuk membatalkan pemotongan bujet polisi sekitar 1 persen serta memotong anggaran untuk pemuda sebesar sepertiga. Dewan malah menyarankan pemotongan seluruh agensi hingga 7 persen, termasuk di kepolisian.
Namun rencana ini juga memicu kekhawatiran akibat dampaknya. Sejumlah pengamat khawatir jika pemotongan angaran kepolisian berdampak pada meningkatnya kriminalitas.
"Akan ada kekacauan akibar kriminalitas yang meningkat," kata Kepala Polisi Houston Acevedo, yang juga menjadi pemimpin Asosiasi Walikota.
Sementara Walikota Chicago Lori Lighfoot mengatakan jika, “apa yang saya dengar dari tetangga kami, mereka membutuhkan lebih banyak polisi untuk melindungi, bukan malah dikurangi," katanya.
Sementara wacana ini juga diusung oleh salah satu calon presiden, Joe Biden sebelum tewasnya George Floyd. Ia mengampanyekan reformasi keadilan termasuk mendorong investigasi oleh Departemen Keadilan, atas kekerasan yang dilakukan kepolisian, sekaligus menghadirkan peran ahli kejiwaan untuk bekerjasama dengan penegak hukum.