Geng Tai, Anak Artis VR Diduga Terlibat Kekerasan di SMA Elite
Aksi kekerasan masih terjadi di lingkungan sekolah. Kali ini, cerita pilu datang dari sekolah elite BS Serpong. Dari informasi yang beredar di media sosial X hingga nama Geng Tai trending topik Indonesia, di sekolah itu ada siswa punya geng yang sudah berlangsung sembilan generasi.
Siswa senior kelas 12, berinisial A jadi pemimpin. Siswa yang tidak mau gabung menjadi korban perundungan hingga pemukulan. Salah satu korban tengah dirawat di rumah sakit. Kasus ini sudah dilaporkan ke polisi.
Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Tangerang Selatan, Ajun Komisaris Polisi Alvino membenarkan, korban sudah membuat laporan polisi.
"Penyidik mendatangi rumah sakit untuk minta keterangan klarifikasi kepada korban serta cek TKP. Proses hukum sedang berjalan," tandasnya.
Soal luka yang dialami korban belum dibeberkan. Alvino mengatakan, pihaknya masih menunggu diagnosa dokter.
Geng Tai Diduga Ada Anak Artis VR
Kegiatan Geng Tai merokok, vape, hingga melakukan kekerasan dalam merekrut anggota baru. Adapun syarat masuk ke geng ini harus mau disuruh meneriakkan nama seseorang, membelikan makanan untuk senior, dan menerima aksi kekerasan serta pelecehan.
Bagi anggota yang bergabung dalam geng itu akan mendapatkan keuntungan, salah satunya dikatakan mendapatkan uang parkir kendaraan dekat Binus dan status hierarki yang lebih tinggi dibanding siswa lain.
Geng Tai ini biasanya nongkrong sepulang sekolah di Warung Ibu Gaul (WIG) yang terletak di belakang sekolah. Netizen menyerukan kasus dugaan perundungan (bully) ini melibatkan anak artis VR.
Respons Pihak Sekolah
Sekolah bertaraf internasional itu mengeluarkan pernyataan resminya dalam surat klarifikasi yang diterima awak media. Dalam surat dengan nomor 471/MS-HS PRI/II/2024 yang diterbitkan hari ini, Senin 19 Februari 2024, sekolah berusaha memberikan sanksi yang sepadan dengan perbuatannya.
"Setiap orang akan tunduk pada kebijakan sekolah saat kami berusaha untuk melakukan tindakan yang sepadan untuk menyelesaikan masalah sesegera mungkin," tulis keterangan pihak sekolah.
"Kekerasan, baik secara fisik, emosional, atau psikologis, sepenuhnya tidak dapat diterima dan bertentangan dengan nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang kita junjung tinggi pihak sekolah," tegasnya.
BS Serpong mengatakan bahwa pihaknya sadar banyak yang penasaran dengan detail kejadian sebenarnya. Namun, hal itu tak bisa diungkap ke publik karena melibatkan anak di bawah umur.
"Kami meminta semua pihak di komunitas sekolah untuk menjaga budaya kebaikan, empati, dan inkusivitas. Melalui upaya kolektif, kita semua bisa menciptakan lingkungan yang positif dan bermartabat, sehingga semua orang bisa tumbuh secara akademik, sosial, dan emosional," tertera dalam surat keterangan resmi pihak sekolah.
Advertisement