Geng JPIP
Seminggu di Jakarta di akhir masa kampanye pilpres dan pileg 2019, mengingatkan saya pada Jawa Pos Institute of Pro Otonomi (JPIP). Lembaga yang khusus didirikan Jawa Pos Group untuk mengawal desentralisasi pemerintahan.
Selama seminggu itu pula saya bertemu kembali dengan orang-orang hebat yang pernah bersama di lembaga tersebut. Mereka antara lain Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Ketua KPU Arief Budiman, komisioner Ombusman RI Dadan Suparjo, dan dosen Fisip Unair yang juga Komisaris Utama PT Brantas Abipraya Haryadi.
Sebetulnya ada seorang lagi yang amat berjasa dalam proses pendirian JPIP. Dia adalah Andi Alfian Malarangeng, doktor lulusan Northern Illinois University (NIU) Amerika Serikat. Mantan petinggi Partai Demokrat ini salah satu perancang UU Otonomi Daerah.
Penugasan untuk membentuk JPIP saat itu merupakan tugas yang sangat mengesankan selama 14 tahun (1991-2005) bekerja di Jawa Pos. Di tempat inilah saya bisa sepenuhnya mewujudkan idealisme dan pemikiran terhadap negeri ini.
JPIP didirikan tahun 2001. Setelah UU Otonomi Daerah. UU yang semangatnya membangun desentralisasi pemerintahan. Yang mengubah sistem pemerintahan yang sangat sentralistik menjadi desentralisasi.
Kebetulan koran yang besar dari Jawa Timur ini punya semangat yang sama. Ingin membangun daerah. Ingin bersama kepala daerah membangun daerahnya. Sebab, tidak akan mungkin daerah maju tanpa ada media yang bagus.
Maka otonomi daerah menjadi searah dengan Jawa Pos Group. Untuk menjaga agar UU Otonomi Daerah itu berjalan baik, maka didirikanlah JPIP. Sebuah lembaga yang secara khusus dibikin untuk mendorong para kepala daerah bersaing memajukan daerahnya.
Saat itu, saya belum lama diangkat menjadi pemimpin redaksi JP. Owner dan CEO Jawa Pos saat itu memberi tugas tambahan. Tugas ganda sekaligus. Mendirikan dan memimpin JPIP. Juga membantu membesarkan JTV.
"Otonomi daerah harus menjadi ideologi Jawa Pos Group. Desentralisasi harus sukses. Jangan sampai kembali menjadi sentralisasi seperti jaman Orde Baru," kata Dahln Iskan yang saat itu menjadi CEO Jawa Pos Group.
Otonomi daerah harus menjadi ideologi Jawa Pos Group. Desentralisasi harus sukses. Jangan sampai kembali menjadi sentralisasi seperti jaman Orde Baru.
Saya pun mengontak sejumlah teman lama yang menjadi dosen di perguruan tinggi. Pratikno, dosen UGM yang baru saja selesaikan doktornya di luar negeri. Haryadi dari Unair dan Andi Malarangeng dari Kemitraan.
Juga merekrut anak-anak pintar dari Unair. Selain Arief Budiman dan Dadan S, ada Joko Susanto, Redi Setiadi, Nur Hidayat, Wawan Setiawan, dan Faishal Aminudin. Mereka inilah yang ikut merintis JPIP.
Pratikno, Andi Malarangeng, dan Haryadi ikut membantu tim JPIP menyusun indikator dan parameter kemajuan daerah. Inilah yang kemudian menjadi patokan dalam penilaian Otonomi Award.
Pemikiran orang-orang hebat itu menghasilkan Otonomi Award yang digelar setiap tahun. Melahirkan para kepala daerah inovatif di bidang pembanguann ekonomi, layanan kesehatan dan pendidikan, serta layanan administrasi.
18 tahun JPIP berkiprah mengawal desentralisasi dan otonomi pemerintahan daerah. Ternyata Lembaga ini tidak hanya pernah memberi penghargaan kepada para kepala daerah yang hebat. Tapi juga melahirkan orang hebat lainnya.
JPIP berkiprah mengawal desentralisasi dan otonomi pemerintahan daerah. Ternyata tidak hanya pernah memberi penghargaan kepada para kepala daerah yang hebat. Tapi juga melahirkan orang hebat lainnya.
Saya baru sadar dari JPIP lahir sejumlah tokoh lokal dan nasional. Ada Presiden Jokowi yang pernah terima Otonomi Award, ada Arief Budiman yang ketua KPU, dan Dadan yang kini komisioner Ombusman RI.
Pemikir JPIP juga menjadi orang-orang penting di negeri ini. Pratikno menjadi Mensesneg Kabinet Kerja dan Andi Malarangeng pernah menjadi Menpora di era Presiden SBY.
Di luar itu, para peneliti JPIP kini tersebar menjadi ilmuwan di sejumlah perguruan tinggi negeri. Bergelar doktor lulusan perguruan tinggi di luar negeri. Ada yang mendapat beasiswa karena kiprahnya di JPIP ada yang lewat jalur lain.
Mereka memang bukan menjadi tokoh karena JPIP. Namun, saya bisa membanggakan diri jika ada geng alumni JPIP yang kini menjadi orang-orang penting di negeri ini. Geng yang anggotanya saling mengisi untuk kemajuan Indonesia.
Saya ikut merasa bangga atas mereka semua. Pernah melahirkan lembaga yang ikut memberi warna negeri ini. Pernah bekerja dengan orang-orang hebat yang ikut memberi arah negeri ini. (arif afandi)