Generasi Muda Harus Cerdas Berpolitik
Pusat Studi Islam dan Filsafat Universitas Muhammadiyah Malang (PSIF UMM) menggelar Dialog Akhir Tahun. Gelaran yang bertajuk "Moderasi Islam di Tahun Politik Perspektif Kaum Muda Millenial" ini dalam rangka Milad Muhammadiyah ke-106.
Asisten Rektor Bidang Al Islam dan Kemuhammadiyahan (AIK), Dr Abdul Haris MA mengatakan, forum ini sangat penting untuk generasi millenial. Sebab, menurutnya generasi mudah harus paham dengan perkembangan dunia politik.
“Sebagai generasi muda, kita harus cerdas dalam membaca perkembangan suasana politik agar tidak larut dalam emosi. Selain itu, kita harus bisa menjadi bagian penting untuk meluruskan arah bangsa,” katanya.
Sedangkan, Wakil Bupati Trenggalek, M Nur Arifin menjelaskan, generasi muda tidak dapat lepas dari politik. Ia juga mengaitkan kejadian saat ini dengan masa lampau, ketika ideologi Marhaenisme Soekarno dikritik oleh Darwis Thaib dengan ideologi Marhamisme.
"Keduanya memiliki akar ideologi Islam," ungkap pria yang juga Ketua Umum DPW Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Jawa Timur ini.
Sementara itu, Presidium Jaringan Intelektual Muda Muhammadiyah (JIMM), Hasnan Bachtiar memaparkan beberapa hasil riset mengenai generasi millenial dan media baru. Dari riset yang ia utarakan, faktor utama yang mendorong generasi millenial adalah media baru.
"Dari munculnya media baru tersebut, maka muncullah bentuk pekerjaan, cara bersosialisasi, cara berkomunikasi hingga manusia baru yang kini sering disebut generasi millenial," kata alumnus Australian Nasional University (ANU) ini.
“Menurut riset, generasi millenial memiliki ciri-ciri tidak terlalu peduli dengan agama. Namun lebih peduli terhadap kesehatan, kasih sayang, keluarga dan lain sebagainya. Sedangkan generasi non-millenial justru sebaliknya,” imbuhnya.
Advertisement