Gencatan Senjata di Ukraina, Hasil Pembicaraan Erdogan - Putin
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada 26 April berbicara dengan rekannya dari Rusia, Vladimir Putin, dan memperbarui proposalnya untuk pertemuan puncak para pemimpin di Turki dengan pemimpin Ukraina untuk mengakhiri perang.
Kelanjutan momentum positif yang dicapai dalam pembicaraan Istanbul untuk mencapai perdamaian di Ukraina merupakan kepentingan semua orang, kata Erdogan kepada Putin, menurut kepresidenan Turki.
Pembicaraan sebelumnya antara Ukraina dan Rusia yang diadakan di Istanbul harus diadakan di tingkat para pemimpin, katanya, menekankan bahwa “Proses Istanbul” merupakan ambang batas yang sangat penting dalam negosiasi.
Erdogan menggarisbawahi pentingnya mencapai gencatan senjata, operasi koridor kemanusiaan yang efektif, dan evakuasi yang aman.
Turki akan terus melakukan yang terbaik untuk menghentikan “jalan yang merugikan semua orang” ini dan untuk membangun perdamaian abadi, tambah Erdogan dikutip hurriyetdailynews.com.
Perjalanan Sekjen PBB ke Moskow
Erdogan dan Putin melakukan percakapan setelah kunjungan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres ke Ankara pada 25 April. Guterres melakukan perjalanan ke Moskow pada 26 April untuk pertemuan dengan Putin, yang akan diikuti dengan pembicaraan di Kiev pada 28 April dalam upaya untuk mengakhiri invasi Rusia.
Berbicara pada rapat kabinet pada 25 April, Erdogan ingat dia melakukan percakapan telepon dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky pada akhir pekan. Erdogan mengatakan dia mengungkapkan pendekatan kedua belah pihak, bersama dengan saran Turki, selama pembicaraan dengan lawan bicaranya dari Rusia dan Ukraina.
“Pembicaraan yang diadakan di Istanbul terus menjadi platform paling penting untuk menyelesaikan krisis Ukraina-Rusia,” katanya.
Dia mengulangi bahwa Ankara bertujuan untuk mencari kesepakatan damai dalam pertemuan para pemimpin di Turki.
Erdogan telah melakukan beberapa pembicaraan telepon dengan para pemimpin Ukraina dan Rusia dalam upaya untuk memfasilitasi negosiasi mereka, sementara menteri luar negeri dan pertahanan Turki telah terlibat dengan rekan-rekan mereka mengenai masalah koridor kemanusiaan dan upaya untuk mencapai gencatan senjata.
Bahkan sebelum Rusia melancarkan operasi militernya ke Ukraina pada 25 Februari, Erdogan mengusulkan agar pihak-pihak yang bertikai mengadakan pertemuan di Istanbul untuk menenangkan ketegangan di wilayah tersebut.
Anggota NATO, Turki, yang memiliki hubungan persahabatan dengan kedua belah pihak, telah memosisikan dirinya sebagai mediator. Ankara mengumumkan bahwa mereka akan sepenuhnya menerapkan persyaratan Konvensi Montreux dan mendesak semua pihak untuk menahan diri dari menjadikan Laut Hitam sebagai arena “persaingan.”
Provinsi Antalya di bagian selatan Turki menjadi tuan rumah pertemuan tingkat tinggi pertama antara menteri luar negeri kedua negara pada 10 Maret. Istanbul juga menjadi tempat pertemuan tatap muka antara negosiator Rusia dan Ukraina pada 29 Maret.
Erdogan sebelumnya mengatakan Turki pada prinsipnya siap untuk berfungsi sebagai negara penjamin untuk Ukraina, tetapi rincian format seperti itu perlu disusun. Pernyataannya itu atas permintaan Ukraina agar Turki menjadi salah satu negara yang akan menjadi penjamin dalam kesepakatan apa pun dengan Moskow.
Advertisement