Gempa Blitar, BPBD Jatim: 148 Rumah Warga Rusak
Gempa yang berpusat di wilayah Blitar, Jawa Timur, dengan kekuatan 5,9 magnitudo, yang terjadi, Jumat, 21 Mei 2021, sekitar pukul 19.00 WIB, membuat ratusan rumah warga serta fasilitas umum rusak.
Plt Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jatim, Yanuar Rachmadi mengatakan kerusakan bangunan akibat gempa Blitar tersebut, terjadi di tujuh daerah.
"Data hingga Sabtu ini dampak gempa, ada kerusakan rumah atau fasilitas di tujuh daerah," kata Yanuar, Sabtu, 22 Mei 2021.
Karena berpusat di Blitar, kata Yanuar, daerah tersebutlah yang paling terdampak besar. Di sana, ada sekitar 101 rumah dan 10 fasilitas umum rusak, dengan tingkat kerusakan yang berbeda-beda.
"Sejauh ini, belum ditemukan korban meninggal dunia. Namun, ada satu warga yang mengalami luka berat," jelasnya.
Yanuar mengungkapkan daerah yang juga terdampak gempa selanjutnya adalah Kabupaten Malang. Tercatat ada 27 unit rumah dan 5 unit fasilitas umum mengalami kerusakan.
Kemudian, lanjut Yanuar, di Lumajang, ada sekitar 19 unit rumah rusak. Di Kota Malang ada 1 unit rumah rusak. Lalu di Kabupaten Pasuruan ada 1 unit rumah dan satu fasilitas umum rusak.
"Di Kota Blitar, ada 3 rumah yang mengalami kerusakan. Sementara, di Jember ada 1 fasilitas umum rusak," ucapnya.
Oleh karena itu, saat ini BPBD terus melakukan penanganan pascagempa di wilayah Jatim. Pihaknya memantau dan menggali informasi terkait perkembangan dampak gempa.
Sebelumnya, Gempa dengan magnitudo 6,2 menggoyang Blitar, Jawa Timur pada Jumat 21 Mei 2021. Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebut, gempa berlokasi di 8.63 Lintang Selatan, 112.34 Bujur Timur 57 km Tenggara Kabupaten Blitar. Gempa berkedalaman 110 Km dan dipastikan tidak berpotensi tsunami.
Kepala Stasiun Geofisika BMKG Karangkates, Ma'muri mengatakan, gempa yang terjadi merupakan akibat dari aktivitas subduksi. Lebih tepatnya, karena terdapat penyusupan lempeng Indo-australia ke Eurasia.
"Jadi penyebabnya sama (dengan gempa Malang) karena aktivitas subduksi. Tapi sejauh ini kami masih mengkaji lagi," jelasnya.