Gemes Dampingi Anak Belajar Daring, Ini Cara Mengatasinya
PERTANYAAN: Saya ingat sebuah video rekaman yang beberapa waktu sempat viral. Dalam rekaman video tersebut tampak seorang ibu sedang mendampingi anaknya belajar di rumah. Namun, anaknya berteriak, menangis penuh dengan kemarahan karena ibunya membentak, mencubit dan memukulnya.
Saya yakin peristiwa yang terjadi di video itu hanya sekedar contoh dari banyak peristiwa yang bahkan nyaris setiap hari bisa kita dapati di rumah-rumah selama pandemi ini.
Yang ingin saya tanyakan, kira-kira efek paling buruk apa yang mungkin bisa terjadi secara psikologis baik dari sisi anak atau ibu itu? Bagaimana agar kitas kita lebih bisa mengontrol emosi dan sabar dalam menghadapi anak-anak kita.
Nuri dari Surabaya, Ibu Rumah Tangga
JAWABAN: Terimakasih atas pertanyaannya. Ini pertanyaan cukup bagus. Memang keadaan sekarang ini cukup memprihatinkan kita semua. Kita sudah ditakutkan dengan adanya pandemi covid 19 yang cukup berkepanjangan. Ditambah keadaan ekonomi, sosial masyarakat dan sistem baru dalam bidang pendidikan.Semua seolah bersamaan dan mau tidak mau harus dihadapi.
Orangtua sekarang juga harus bisa mengikuti cara baru dalam mendampingi belajar anak-anaknya. Meskipun sebenarnya mereka sudah dipusingkan dengan kekhawatiran terhadap virus covid 19 dan perekonomian mereka yang mulai tidak stabil.
Selain itu tidak sedikit orangtua yang mengalami kesulitan dalam proses mengikuti pembelajaran online ini. Selain faktor fasilitas atau sarana yang tidak ada juga karena ketidakpahaman atau kurang maksimalnya dalam menerima informasi dan penjelasan melalui daring atau online.
Dengan situasi ini, orangtua merasakan adanya banyak tuntutan dan tekanan dari berbagai hal. Sehingga perilakunya tanpa disadari kadang kurang terkendali, sensitif, mudah marah dan mudah tersinggung. Tak jarang menuntut anak berlebihan sebagai pengalihan dari tuntutan yang harus mereka hadapi.
Jika mendampingi anak, kadang situasi anak kurang sesuai dengan tuntutan mereka, maka mereka mudah marah. Bahkan, sampai melampiaskan kekesalan tersebut dengan mencubit, memukul, dan sebagainya. Harusnya ini tidak boleh terjadi.
Kondisi seperti itu dapat mempengaruhi perkembangan psikologis anak. Anak bisa merasa tertekan dan dapat mengalami trauma. Jika hal ini berkelanjutan maka anak dapat mengalami perubahan dan terjadi penyimpangan perilaku. Seperti menarik diri, gangguan emosional, kenakalan anak dan remaja, depresi dan gangguan kejiwaan lainnya.
Oleh karena itu, agar peristiwa seperti itu tidak terjadi, maka orang tua bisa melakukan hal-hal sebagai berikut:
Menyadari dan memahami kondisi saat ini. Memang semua merasakan situasi dan kesulitan ini bersama-sama.
Memahamkan kepada anak-anak terkait situasi ini agar mereka lebih siap menghadapi situasi ini. Juga perlu dukungan orang tua untuk menghadapi masa sulit ini bersama-sama. Apa yang dihadapi anak-anak pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan yang kita rasakan. Bisa saja dalam perilaku anak yang terlihat sepertnya tidak masalah. Mereka terkadang tidak bisa mengeluh dan bercerita. Ketika mereka tak pernah mengeluh dan mau bercerita, terkadang berubah menjadi lebih mudah marah-marah, melawan orang tua, dan suka bikin keributan.
Jalin interaksi dan komunikasi yang hangat dengan anak.
Kurangi tuntutan kita pada anak dan berusaha memahami permasalahan mereka.
Jika ada waktu senggang gunakan untuk kegiatan bermain bersama, seperti berolahraga bersama, seperti bersepeda,berkebun bersama atau melakukan permainan seperti monopoli, catur atau ular tangga.
Lakukan Relaksasi atau bisa dengan beryoga bersama.
Dian Dwi Puspita A, S.Psi, MA, Praktisi dan Konselor di Rumah Sakit. Pertanyaan bisa dikirim ke email: diananggarini48@yahoo.com atau Redaksi@ngopibareng.id)