Han Lay, Model Myanmar 'Stop The War and Violence'
Model Myanmar Han Lay, memang tak berhasil memenangkan kontes kecantikan Miss Grand International, pekan lalu. Namun, dia akan dikenang sebagai salah satu kontestan yang paling bersemangat. Dia menggelorakan semangat di demokrasi di Myanmar, 'Stop The War and Violence'.
Perempuan berusia 22 tahun itu berbicara di Thailand pada hari Sabtu selama pidato emosional di mana dia memohon "bantuan internasional yang mendesak" untuk negaranya, pada hari yang sama 141 demonstran tewas dalam tindakan keras oleh penguasa militer yang ia katakan egois dan semena-mena.
Pada hari Jumat, pemilik nama asli Thaw Nandar Aung mengatakan rekan senegaranya dalam gerakan anti-kudeta tidak akan mundur dari perjuangan yang sejauh ini telah merenggut hampir 550 nyawa dalam dua bulan sejak para jenderal menggulingkan pemerintahan terpilih Aung San Suu Kyi.
"Saya dapat mengatakan satu hal, bahwa kami warga Myanmar tidak akan pernah menyerah," katanya, seperti dikutip Reuters, Minggu 4 April 2021.
“Mereka mengatakan kepada saya bahwa mereka akan bertarung di jalan dan saya juga berjuang di atas panggung sekarang. Jadi saya pikir jika mereka tidak menyerah, kami akan menang."
Myanmar telah mengalami kekacauan sejak kudeta, dengan demonstrasi dan pemogokan harian yang dirancang untuk melumpuhkan pemerintahan negara, banyak di antaranya telah ditindas secara mematikan oleh pasukan keamanan dengan peluru tajam.
Korban-korban Aksi Anti-Kudeta Militer di Myanmar
Korbannya sebagian besar adalah kaum muda, yang lahir di tahun-tahun terakhir pemerintahan setengah abad militer sebelum tahun 2011 berganti dengan era demokrasi dan reformasi ekonomi yang singkat.
Saat mengingat kontes hari Sabtu, dia mengatakan pidatonya, di mana dia menahan air mata, memicu kesedihan mendalam yang tidak dapat dia kendalikan.
“Saya mengendalikan perasaan saya saat itu karena saya perlu berbicara selama dua atau tiga menit kepada seluruh dunia,” katanya.
"Saya perlu berbicara," katanya. “Saya banyak menangis dan juga sepanjang malam ketika saya kembali ke kamar saya, saya banyak menangis. Sampai sekarang ketika saya berbicara tentang Myanmar, saya juga banyak menangis.”
Dia berkata bahwa dia tidak dapat fokus pada kompetisi dan merasa bersalah tentang orang-orang yang menderita di kampung halaman.
"Ratu kecantikan perlu tersenyum setiap saat, perlu terhubung dengan setiap orang, secara pribadi," katanya.
“Saya tidak bisa bahagia di sini karena (selama) saya melakukan aktivitas sehari-hari di sini, banyak orang meninggal di Myanmar.”
Pendiri kompetisi, Nawat Itsaragrisil, mengatakan keputusan Han Lay untuk menentang junta berarti dia harus tinggal di luar negeri.
"Jika dia (akan) kembali ke Myanmar sekarang, dia tidak akan kembali ke rumah, dia akan masuk penjara," katanya.
Gelorakan 'Stop The War and Violence'
Han Lay alias Thaw Nandar Aung sempat menyita perhatian dunia. Miss Grand International Myanmar 2020, pada hari Rabu 31 Maret 2021 memohon kepada komunitas internasional untuk membantu rakyatnya dan menyelamatkan negaranya dari kekejaman.
Han Lay, yang masuk finalis 20 kontestan kompetisi kecantikan di Bangkok pada Sabtu 27 Maret 2021, telah menjadi pembicaraan di negaranya itu setelah berbicara kepada dunia dari atas panggung, memberikan informasi terbaru tentang situasi protes setelah kudeta 1 Februari oleh tentara.
Dia mengatakan tentara Myanmar harus berhenti menggunakan kekerasan terhadap rakyatnya sendiri, kata-kata yang pasti akan menyebabkan dia dan keluarganya dihukum di kampung halaman.
Pada hari Rabu Han Lay mengatakan bahwa sebelum naik ke atas panggung, banyak rekan senegaranya yang memintanya menggunakan kesempatan itu untuk memohon kepada komunitas internasional untuk membantu Myanmar.
"Mereka bertanya kepada saya," Bisakah Anda memperjuangkan demokrasi ketika Anda berada di atas panggung? ' dan saya memberi tahu mereka 'Ya, saya akan. Saya akan berdiri di atas panggung dan saya berbicara'," katanya, menyeka air mata dari wajahnya, seperti dikutip dari Bangkok Post, Kamis.
Banyak pihak telah menyatakan keprihatinan tentang keselamatan keluarganya sejak pidatonya pada hari Sabtu, tetapi Han Lay mengatakan dia dapat menghubungi keluarganya pada hari Selasa dan mereka masih aman.
"Saya ingin mengatakan kepada PBB [Perserikatan Bangsa-Bangsa], tunggu apa lagi sebelum mengambil tindakan?
"Begitu banyak orang meninggal di Myanmar. Yang paling penting dilakukan adalah berpikir tentang kemanusiaan dan segera bertindak," tambahnya.
Saat ditanya jurnalis Amerika apakah dia mengharapkan keterlibatan AS, Han Lay menegaskan begitu banyak orang yang telah meninggal, masyarakat internasional harus segera turun tangan.
Miss Grand International adalah kontes kecantikan yang bertujuan untuk ikut serta menciptakan perdamaian dan menghentikan peperangan di dunia dan mottonya adalah 'Stop The War and Violence'.
Advertisement