Gelombang Protes di Iran Memanas, 76 Demonstran Meninggal
Gelombang protes yang dipicu meninggalnya Mahsa Amini, 22 tahun, di tangan polisi moral Iran, terus berlanjut. Sedikitnya 76 demonstran meninggal di tangan aparat keamanan Iran, selama 11 hari unjuk rasa.
76 Orang Meninggal
Data tersebut disampaikan oleh organisasi Hak Asasi Manusia Iran (IHR), yang berbasis di Norwegia. Demonstran meninggal di 14 lokasi berbeda, hingga Senin 26 September 2022, dikutip dari BBC, Selasa 27 September 2022.
Di antaranya termasuk enam perempuan dan empat anak-anak. Sebanyak dua 35 orang dari korban meninggal, berada di Provinsi Mazandaran dan Gilan, utara Tehran. Sekitar 24 korban lain meninggal di Barat Azerbaijan, Kermanshan, Kurdistan, dan Ilam, wilayah yang banyak dihuni warga Kurdistan.
Demonstran meninggal akibat sikap represif petugas keamanan, dalam membubarkan unjuk rasa. Mereka menggunakan pasukan serta amunisi untuk menekan demonstran.
IHR mengklaim memiliki rekaman video berisi penggunaan amunisi oleh aparat keamanan, yang ditembakkan ke arah peserta unjuk rasa.
Selain korban meninggal, sekitar 1.200 orang juga ditangkap. Puluhan di antaranya termasuk jurnalis dan blogger.
Data terkait jumlah warga yang meninggal, berbeda dengan informasi dari pemerintah yang menyebut jumlah demonstran meninggal sebanyak 41 orang.
Penyebab Unjuk Rasa
Unjuk rasa menolak pemerintahan Iran muncul sedikitnya di 80 kota di Iran. Protes ini awalnya dipicu oleh meninggalnya Mahsa Amini, 22 tahun, warga Kurdis, ketika dalam tahanan aparat kepolisian.
Mahsa Amini ditangkap lantaran dinilai menggunakan kerudung yang tidak sesuai dengan aturan Iran, pada 13 September 2022.
Mahsa Amini lantas jatuh pingsan ketika dalam tahanan kepolisian, dan berakhir meninggal setelah tiga hari tak sadar di rumah sakit.
Polisi menyebut Mahsa Amini meninggal akibat gagal jantung. Sedangkan keluarga menyebut Mahsa Amini tak memiliki riwayat jantung. Mereka menuduh Mahsa Amini meninggal akibat dipukuli aparat kepolisian.