Gelombang Panas 42 Derajat Celsius, Fakta Mengejutkan Tiongkok
Cuaca ekstrem melanda sejumlah negara di dunia. Seiring dengan gelombang panas yang melanda sebagian besar negara di Tiongkok, fakta terkini hingga mencapai 42 derajat celsius.
Dalam mengantisipasi perubahan cuaca ekstrem itu, Observatorim Nasional Tiongkok, terus memperbarui peringatan merah terkait suhu tertinggi. Ini adalah peringatan paling tinggi dalam sistem cuaca, saat gelombang panas menyengat di banyak wilayah "Negeri Tirai Bambu" pada Sabtu, 13 Agustus 2022.
Sebagian Shaanxi, Sichuan, Chongqing, Henan, Hubei, Shandong, Anhui, Jiangsu, Shanghai, Zhejiang, Fujian, Jiangxi, Hunan, Guizhou, Xinjiang, dan Mongolia, mengalami suhu tertinggi. Angkanya mencapai 35-39 derajat Celsius.
Bahkan suhu di beberapa bagian Shaanxi, Sichuan, Chongqing, Hubei, Hunan, Jiangxi, Anhui, Jiangsu, Shanghai, dan Zhejiang, bisa melampaui 40-42 derajat Celsius. Begitu laporan Pusat Meteorologi Nasional Tiongkok.
Dilansir dari Xinhua, pihak berwenang setempat menyarankan kepada masyarakat untuk mewaspadai gelombang panas ini. Maka itu disarankan untuk menangguhkan aktivitas atau pekerjaan di luar ruangan yang terkena suhu tinggi.
Kemudian juga mencegah terjadinya kebakaran hutan, hingga perhatian khusus terhadap kelompok rentan. Sebab efek dari gelombang panas ini sangat berbahaya.
Tiongkok memiliki empat tingkat sistem peringatan cuaca. Kodenya dengan warna merah, oranye, kuning, dan biru.
Kekeringan di Indonesia
Berbeda dengan di Indonesia, meski perubahan cuana menunjukkan tanda-tanda ekstrem pula. Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) telah merilis perkiraan cuaca Agustus-Oktober. Selama tiga bulan ke depan, sebagian wilayah Indonesia telah memasuki musim kemarau.
Namun, anomali iklim La Nina berpotensi meningkatkan curah hujan selama kemarau. Hujan di atas normal diperkirakan terjadi di wilayah selatan Khatulistiwa, termasuk Jawa, dalam tiga bulan ke depan.
Pada periode itu, semakin banyak yang diperkirakan masuk kategori tingkat potensi banjir tinggi. Termasuk di dalamnya beberapa kabupaten di Banten dan Jawa Barat yang menyangga DKI Jakarta.
Pada perkiraan Oktober, potensi banjir di DKI meningkat, dari semula "aman" menjadi "menengah" atau satu level di bawah "tinggi". Di saat yang sama, beberapa wilayah hulu sungai yang bermuara di DKI memang tercatat berpotensi mengalami curah hujan dan banjir tinggi.
Kepala Stasiun Klimatologi Jawa Barat, Indra Gustari mengatakan, cuaca Agustus-Oktober BMKG mencatat sejak dua tahun yang lalu kondisi iklim relatif lebih basah dibandingkan kondisi rata-rata. Artinya, secara umum curah hujan yang turun lebih tinggi dibandingkan biasanya.
Faktor utama panyebabnya, menurut Indra adalah fenomena La Nina yang berkembang dengan intensitas lemah sampai moderat. Pengaruh La Nina secara umum berupa kenaikan curah hujan di sebagian besar wilayah Indonesia.
“La Nina dapat menyebabkan musim hujan datang lebih awal. Dan durasinya lebih panjang dan musim kemarau yang terlambat dan durasinya lebih pendek,” kata Indra, dikutip dari Tempo, Senin 15 Agustus 2022.
Tak hanya di Indonesia, pemerintah Prancis telah mengumumkan bencana kekeringan di negaranya pada, Jumat 12 Agustus 2022. Pengumuman menempatkan wilayah selatan dan tengah mengalami musim panas dan terkering yang pernah tercatat.
Periode kering Eropa diperkirakan para ahli akan berlanjut dalam bisa menjadi kekeringan terburuk dalam 500 tahun. Pusat Penelitian Gabungan Komisi Eropa memperingatkan, kondisi kekeringan akan bertambah buruk dan berpotensi memengaruhi 47 persen benua.
Eropa tidak sendirian dalam krisis ini. Kondisi kekeringan juga dilaporkan di Afrika Timur, Amerika Serikat bagian barat, dan Meksiko utara.
Advertisement