Gelombang Eksodus dari Wamena, 120 Pendatang Tiba Di Malang
Gelombang eksodus warga pendatang dari Wamena, Papua Barat terus berdatangan. Setelah sebelumnya pada 29 September, Disnakertrans Jatim menerima 40 pengungsi dari Wamena.
Hari ini sekitar pukul 15.00 WIB, sebanyak 120 pendatang dari Wamena tiba di Landasan Udara (Lanud) Abdul Rachman Saleh, Malang.
Para pendatang tersebut terdiri dari orang dewasa sebanyak 155 orang dan anak-anak sebanyak 5 orang. Mereka tiba di Lanud Abdul Rachman Saleh dengan menumpangi pesawat Hercules C-130.
Terlihat Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, menyambut kedatangan para pengungsi yang diketahui berasal dari Lumajang, Probolinggo dan Madura.
Selain di Malang, Khofifah menerangkan, beberapa hari lalu para pendatang dari Wamena juga ada yang diturunkan di Surabaya.
"Kami ingin memberikan perlindungan evakuasi kepada terutama warga jatim. Tapi tidak terlepas Jatim saja, semua warga Indonesia harus kita berikan perlindungan," tuturnya pada Rabu 2 Oktober 2019.
Saat ini para rombongan tersebut akan dibawa menuju ke Bakorwil Jatim Cabang Malang untuk selanjutnya dipulangkan ke daerah masing-masing.
"Posisinya ini sekarang akan diajak ke bakorwil untuk menyiapkan proses mengantarkan mereka ke daerah masing-masing," ujarnya.
Sementara itu, Komandan Skuadron Udara 32, Letkol Penerbang Suryo Anggoro mengatakan, pihaknya sudah mendapatkan perintah satu minggu yang lalu dari Pemerintah Pusat untuk melakukan evakuasi di Wamena.
"Tiap hari rata-rata ada sebanyak 1.200 pengungsi dari Wamena menuju Jayapura untuk dievakuasi," ujarnya.
Suryo menerangkan, butuh waktu 8 jam untuk mengevakuasi para pendatang dari Wamena ke Malang.
"Mereka kami terbangkan dari Biak, Jayapura, lalu ke Ambon, Makassar, dan sampai di Malang," terangnya.
Suryo melanjutkan, pihaknya mengevakusi para pengungsi dari Wamena menuju Jayapura membutuhkan waktu selama 40 menit.
"Kami bahkan bisa 3 sampai 4 kali bolak-balik Wamena ke Jayapura untuk melakukan evakuasi," tutupnya.
Seperti diberitakan Ngopibareng.id, sebelumnya kerusuhan di Wamena dipicu oleh beredarnya kabar hoax mengenai seorang guru yang mengeluarkan kata-kata rasis di sekolah.
Kepala Polda Papua Inspektur Jenderal Rudolf A Rodja mengatakan aksi kali ini akibat kabar hoax tersebut, sehingga sejumlah warga dan pelajar SMA-pun tersulut emosinya.
"Ada isu guru mengeluarkan kata rasis sehingga memicu solidaritas melakukan aksi demonstrasi pagi tadi," kata Rudolf beberapa waktu lalu.
Advertisement