Geliat Penghuni Kampung Warna-Warni Jodipan Siaga Banjir
Heri Winanto, salah satu pedagang di Kawasan Kampung Warna-Warni Jodipan, Blimbing, Kota Malang, masih ingat kejadian meluapnya arus Sungai Brantas pada 1985 dan 1994 lalu.
"Saat kejadian itu, airnya dulu sampai masuk ke rumah-rumah. Tingginya kurang lebih sampai mata gambar singa itu atau sekitar 2 meteran dari tempat kita sekarang ini," tuturnya kepada ngopibareng.id, pada Selasa 14 Januari 2020.
Heri yang berjualan aneka macam snack dan minuman, di mana lokasinya tepat menghadap Sungai Brantas, hafal betul ciri-ciri jika Sungai Brantas akan meluap.
"Tandanya, air sungai ini bau tanahnya menyengat, airnya kecoklatan dengan disertai ada gemuruh," terangnya.
Karena dirinya sudah paham dengan situasi dan kondisi debit air sungai tinggi serta kapan harus menyelamatkan diri, Heri mengaku sudah tidak khawatir lagi jika air sungai kembali meluap.
"Sudah enggak khawatir lagi sekarang. Karena sudah paham dan hafal kapan air sungai (Brantas) ini naik,” ungkapnya.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Malang sendiri telah membentuk Kampung Warna-Warni Jodipan menjadi Kelurahan Tangguh Bencana, pada November 2018.
Ini dilakukan BPBD Kota Malang mengingat Kampung Warna-Warni Jodipan saat ini ramai dikunjungi wisatawan. Serta letaknya yang juga berdekatan dengan Daerah Aliran Sungai (DAS) Brantas.
Untuk mengatasi meningkatnya debit air di DAS Brantas, Kepala BPBD Kota Malang, Alie Mulyanto mengatakan sudah melakukan koordinasi dengan BPBD Kabupaten Malang dan BPBD Kota Batu.
"Koordinasi ini diperlukan untuk mengantisipasi banjir kiriman dari Batu di hulu. Maka ketika ada kawasan yang gundul kami bersama akan melakukan reboisasi," tuturnya.
Selain itu kata Alie, kesadaran dari masyarakat juga diperlukan untuk membersihkan sampah di sungai maka dari itu ia sangat mendukung Gerakan Angkut Sampah dan Sedimen (GASS) yang diluncurkan Pemerintah Kota Malang.
Gerakan ini sendiri difokuskan di lima kecamatan yaitu Blimbing, Kedungkandang, Klojen, Lowokwaru, dan Sukun.