Bisnis Hotel-hotel di Surabaya Bertahan Digempur Pandemi Corona
Pandemi virus corona atau Covid-19 "memaksa" bisnis perhotelan dan pariwisata memutar otak. Di Surabaya, mereka seperti berlomba-lomba menemukan cara agar bisnisnya terus eksis.
Sejak pandemi menyerang, jumlah tamu Hotel Santika Premiere, Gubeng, Surabaya merosot tajam. Saat Ngopibareng.id berkunjung, dari lokasi parkir tampak lengang. Setelah melakukan protokol kesehatan Covid-19 dengan cek suhu badan dan cuci tanga, Ngopibareng.id masuk ke area lobi.
Tampak tiga orang duduk bersantai di kursi yang diberi jarak dua meter. Di ruang tunggu seluas lapangan bola itu terasa sepi lantaran tak banyak orang berlalu lalang. Ya, jumlah tamu hotel merosot tajam sejak pandemi corona. Biasanya, per bulan tamu yang berkunjung sekitar 10.000 orang. Namun, sejak hotel dibuka kembali pada 3 Juni 2020, jumlah tamu hanya 1.000 orang.
“Saat pandemi ini jumlah tamu kami berkurang banyak. Sebelum ada wabah, per bulan bisa 10.000 pengunjung. Namun, sejak dibuka pada 3 Juni lalu baru seribu yang datang. Jumlah ini sepuluh kali lipat lebih kecil,” kata Avito Zulkifli, Executive Assistant Manager Hotel Santika Premiere kepada Ngopibareng.id, pada Kamis 9 Juli 2020.
Avito menyebut, banyak yang membatalkan booking dan acara di hotel pada akhir Maret 2020. Kondisi ini membuat pihak manajemen harus merumahkan 10 karyawan harian dan anak magang. Selain itu, pihak manajemen pusat menginstruksikan menutup hotel untuk sementara waktu, dan menghentikan kerjasama dengan beberapa vendor.
"Hotel Santika Premiere ini sempat ditutup dua bulan. Tepatnya sejak April-Mei 2020. Bagi karyawan yang bisa hadir diminta setiap seminggu sekali membersihkan hotel. Perusahaan pun tetap memberikan gaji mereka namun tidak penuh," ungkapnya.
Tak mau terpuruk, hotel bintang 4 ini pun bangkit dan memilih buka kembali pada 3 Juni 2020. Hotel memperketat protokol baik untuk tamu pun karyawan dengan menerapkan limited operation. Hotel juga tidak mengambil resiko untuk menerima pengunjung berstatus Orang Dalam Pantauan (ODP). Terlebih, dijadikan sebagai rujukan tempat isolasi pasien Covid-19.
Untuk menstabilkan ekonomi, hotel menurunkan harga sewa kamar. Kamar Deluxe Rp 800.000 menjadi Rp 454.000, Premiere Rp1 juta menjadi Rp 750.000, dan Junior Suite Rp1,5 juta turun harga 1 juta. Dari total 229 kamar yang ada, hanya 60 kamar yang dibuka untuk tamu.
“Kami tidak mengambil resiko menerima tamu ODP atau dijadikan sebagai isolasi Covid-19. Kami menjaga kesehatan karyawan dan tamu. Sekarang juga kami nggak nyari untung. Harga sewa kamar juga kami turunkan,” ungkap Avito.
Sementara itu, Hotel 88 di kawasan Embong Malang, Surabaya yang tergabung dalam Waringin Hospitality terpantau tetap buka sejak Maret 2020. Hotel bintang dua ini beradaptasi terhadap kondisi pagebluk dengan mengeluarkan beberapa kebijakan. Yakni mengedukasi internal perusahaan mengenai Covid-19, dan menerapkan beberapa protokol kesehatan untuk tamu serta karyawan.
“Kami tetap buka sejak Maret atas beberapa pertimbangan. Sebagai antisipasi kami mengedukasi internal dan menerapkan protokol terkait Covid-19 agar tamu aman dan nyaman,” kata Metty Yan Harahap, Corporate Director of Marketing Waringin Hospitality.
Metty menambahkan, untuk mengembalikan perekonomian perusahaan beberapa penawaran menarik dapat dipilih pengunjung. Seperti paket sehat untuk isolasi mandiri seharga Rp2,7 juta serta paket room only. Harga sewa kamar juga dikurangi. Kamar tipe superior yang semula Rp 350.000 disusutkan menjadi Rp 250.000.
Selain itu, Hotel 88 juga membuka jasa food delivery dengan menu makanan frozen serta tradisional di bawah Rp 85.000. Antara lain ayam rica-rica, ayam kare, babat gongso, daging rendang, nasi ayam geprek, dan nasi kakap mayo.
“Berbagai upaya kami lakukan agar teta bertahan. Mulai dari menyediakan paket sehat untuk isolasi mandiri, menurunkan harga sewa kamar hingga jasa food delivery,” katanya.
Metty pun bersyukur, selama bulan Ramadhan ada pelanggan setianya yang rindu menu buffet hotel. Hotel lantas menjual menu buffet dalam berbagai menu dengan harga miring Rp 10.000. Ada juga jajanan risoles, lumpia dan es buah.
Sebelum pandemi, 99 kamar yang tersedia habis di-booing. Sebaliknya, kini pihak manajemen harus kerja keras untuk memasarkan 20 unit kamar. Kendati jumlah pemesanan kamar hotel merosot, bersyukur tidak ada karyawan yang dirumahkan. Hanya jadwal kerja yang dibagi 10 hari masuk dan 10 hari libur.
“Kami sempat jualan takjil atas permintaan pelanggan setia, biasanya harganya bisa Rp 100.000 banting harga Rp 10.000. Kamar sekarang terbatas, dari 99 hanya 20 yang tersedia. Itupun ngos-ngosan (kembang kempis). Tapi tetap bersyukur tidak ada karyawan yang dirumahkan, hanya dibagi jadwal masuknya,” beber Metty.
Advertisement