Gelar Rapat Kerja, Begini Arah Program NU ke Depan
Nahdlatul Ulama memosisikan diri sebagai organisasi yang berada di tengah umat dan harus mengedepankan program nyata di masyarakat.
Eksistensi sebuah organisasi akan tetap dibutuhkan, ketika setiap mampu memberi pelayanan pada kebutuhan umat dan masyarakat. Di sinilah program NU harus membumi dan nyata hadir di masyarakat.
Demikian ditegaskan Wakil Rais Syuriah PWNU Jatim KH Agoes Ali Masyhuri (Gus Ali) saat pembukaan Rapat Kerja PWNU Jawa Timur di Hotel Singgasana, Surabaya, Sabtu 8 November 2018. Dihadiri Wakil Gubernur Jatim H Saifullah Yusuf, Rais Am PBNU KH Miftachul Akhyar dan para sesepuh NU Jawa Timur.
Ia mengingatkan, media sosial jadi tantangan besar. Medsos mempengaruhi sendi kehidupan Nahdliyin. Bahkan ada anggapan medsos sebagai agama baru.
“Sekarang ini mulai dari pejabat hingga tukang arit (tukang mencari rumput untuk pakan ternak) melihat media sosial seakan-akan jadi agama baru,” katanya.
“NU akan tetap solid, tidak ke kanan yang cenderung wahabi, atau ke kiri yang cenderung liberal. Tetap mengusung aswaja,” ujar Ketua PWNU KH Marzuki Mustamar.
Gus Ali mengatakan ada beberapa hal yang ditawarkan medsos, yaitu gosip dan sosial drama. “Perceraian Gading dan Gisela itu biasa. Tapi karena digoreng di media sosial, malah menghabiskan waktu dan tenaga,” katanya.
Selain itu, kecenderungan masyarakat Indonesia yang suka mengonsumsi negative news juga harus diperhatikan. Dia mengakui SDM NU menghadapi gempuran di dunia maya sangat lemah. "Kalau perlu ada kader NU yang jihad di medsos agar serangan pada NU bisa ditangkis,” ujarnya.
Gus Ali pun meminta agar pengurus baru menyusun program yang membumi dan realistis. Dia juga menyoroti anggapan bahwa NU tidak perlu mengurusi pendidikan dan ekonomi.
“Kalau ada yang ngomong begitu harus dijewer karena mengurusi pendidikan dan ekonomi adalah bagian dari mengurusi umat,” katanya.
Pluralitas budaya
Sementara itu, NU pun menegaskan dirinya tetap solid menghadapi pluralitas budaya dengan mengusung Ahlussunah waljamaah (Aswaja).
“NU akan tetap solid, tidak ke kanan yang cenderung wahabi, atau ke kiri yang cenderung liberal. Tetap mengusung aswaja,” ujar Ketua PWNU KH Marzuki Mustamar.
KH Marzuki melihat di tengah arus pluralitas saat ini, Nahdliyin tetap konsisten dengan kegiatan muludan, haul, maupun ziarah kubur. Hanya saja, saat ini ada upaya dari luar NU yang berusaha menggoyahkan nahdliyin dari ideologinya.
“Tetapi tetap perlu upaya merajut agar soal akidah, ideologi, loyalitas dan visi misinya harus tetap sama,” katanya.
Tentang peran NU di tahun politik saat ini, KH Marzuki tetap menyatakan tidak akan ada keputusan resmi mengusung calon tertentu. Tapi dia menyiratkan dukungan pada kader NU yang berpeluang untuk menempati posisi strategis.
“Meskipun NU tidak berpolitik, NU sangat marem (tenang) kalau ada kadernya duduk di kursi startegis yang bisa memberi manfaat bagi NU dan masyarakat Indonesia,” katanya. adi)