Gelar Coaching Clinic, PSHW Hadirkan Instruktur PSSI
Persatuan Sepak Bola Hizbul Wathan (PSHW) Jatim menggelar coaching clinic di Diklat PUPR, Jalan Gayung Kebosari, Surabaya. Kegiatan yang diikuti 60 pelatih PSHW ini berlangsung selama dua hari, Sabtu-Minggu 14-15 Desember 2019.
Coaching Clining PSHW ini menghadirkan langsung instruktur PSSI, Hanafing. Hadir pula Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jatim Nadjib Hamid, Ketua PSHW Jatim Dhimam Abror Djuraid, dan Direktur Soccer School Academy PSHW Fery Is Mirza.
Menurut Dhimam Abror, coaching clinic ini merupakan tindak lanjut dari Relaunching PSHW Jatim pada Milad ke-107 Muhammadiyah di Universitas Muhammadiyah Sidoarjo, 23 November 2019. “Ini kali pertama dilakukan sejak PSHW didirikan tahun 1918. Kami bersyukur Jatim menjadi pelopornya,” ujar dia.
Abror menuturkan, saat ini ada 15 daerah Jatim yang telah membentuk klub PSHW. Sebagian klub sudah menjadi anggota Asosiasi Kabupaten (Askab) dan Asosiasi Kota (Askot) yang merupakan kepanjangan PSSI di daerah.
“Harapan kita, tahun 2020, sudah terbentuk klub PSHW di 38 daerah di Jatim,” tandas mantan ketua Pengda (sekarang berubah menjadi Asprov) PSSI Jatim periode 2000-2005 tersebut. Menurut Abror, coaching clinic ini untuk meningkatkan kapabilitas dan wawasan pelatih PSHW Jatim.
Dari kegiatan ini, pengurus PSHW Jatim akan menyaring untuk memilih pelatih yang layak untuk mengikuti kursus kepelatihan yang akan digelar PSSI. Para pelatih tersebut kemudian bisa menularkan ilmunya kepada anak didiknya.
“Kami menyiapkan atmosfer yang baik. Memberi dorongan anak-anak muda berprestasi. Dengan begitu, akan lahir pemain-pemain berkualitas, profesional dan berakhlak,” jabar dia. Abror juga menyinggung fenomena buruk wajah sepak bola Tanah Air. Kata dia, kondisi tersebut tak boleh dibiarkan. Dia mengilustrasikan seperti teori korupsi, bahwa ikan busuk dimulai dari kepalanya.
Sementara itu, Nadjib Hamid menegaskan, Muhammadiyah memiliki dua visi dengan keberadaan PSHW. Pertama, ikut berkontribusi untuk memperbaiki atmosfer sepak bola nasional yang hingga kini masih terpuruk. Kedua, memperluas media dakwah.
“Ini ladang dakwah dan amal bagi pengurus, pemain, pelatih, dan suporter bola. Bukan proyek untuk mencari keuntungan,” papar dia.
Menurut Nadjib, kondisi sepak bola sekarang adalah miniatur negeri ini. Di mana banyak faktor nonteknis mengalahkan profesionalitas. “Muhammadiyah ingin menciptakan sejarah baru. Sepak bola nasional perlu sentuham amar makruf nahi munkar,” katanya.
Menurut Nadjib, meski PSHW didirikan Muhammadiyah, namun tetap terbuka bagi siapa saja yang ingin bergabung. “PSHW ini inklusif. Terbuka untuk semua tanpa membedakan agama, suku, dan ras, sepakbola ada milik masyarakat. Harapannya, dari PSHW akan lahir pemain-pemain berintegritas,” pungkas dia.