Gekrafs Dorong Pemuda Jember Kembangkan Ekonomi Kreatif
Gerakan Ekonomi Kreatif Nasional (Gekrafs) mengajak para siswa dan mahasiswa di Jember mengembangkan ekonomi kreatif. Ketua Umum Gekrafs Kawendra Lukistan bersama Staf Khusus Presiden Bidang Inovasi dan Pendidikan Gracia Josaphat Jobel Mambrasar mengunjungi UNIPAR Jember.
Kawe saat memaparkan materi dalam Seminar Pendidikan dan Ekonomi Kreatif mengatakan, perkembangan ekonomi kreatif di Indonesia cukup pesat. Bahkan Indonesia menduduki peringkat ketiga setelah Amerika dan Korea.
Kendati demikian, pelaku ekonomi kreatif di Indonesia masih perlu dikembangkan. Sebab, mayoritas pelaku ekonomi di Indonesia saat ini dimanjakan dengan ekonomi ekstraktif dengan sumber daya alam terbatas.
Padahal ekonomi kreatif memiliki sumber daya tak terbatas. Selama gagasan dan ide terus berkembang, maka ekonomi kreatif akan terus berkembang.
Kendati demikian, pola pikir yang sudah terbangun dalam benak pemuda yang memulai ekonomi kreatif selalu berkaitan dengan akses modal. Padahal persoalan modal bisa disiasati dengan ide dan gagasan.
“Bagi pemuda yang memiliki ide ekonomi kreatif namun tidak memiliki cukup modal, bisa dikerjasamakan dengan pihak lain,” katanya.
Melalui Gekrafs, Kawe berjanji akan terbuka lebar bagi para pemuda Jember yang ingin mengembangkan ekonomi kreatif, mulai dari pembuatan produk hingga proses pemasaran.
Bahkan, bagi pelaku ekonomi kreatif yang sudah berbadan hukum dan memiliki NIB, akan dibantu dalam permodalan.
Gekrafs nantinya juga akan berkolaborasi dengan perguruan tinggi, untuk memperbanyak jurnal ekonomi kreatif. Sebab, sejauh ini jurnal terkait ekonomi kreatif masih sedikit.
Selain membuka pintu bagi pemuda, Gekrafs juga berjanji akan memperjuangkan kebijakan-kebijakan pemerintah yang berpihak kepada pelaku ekonomi kreatif. Pemerintah harus memberikan ruang seluas-luasnya bagi para pemuda dan tidak berusaha menghalang-halangi.
“Regulasi yang berpihak kepada pelaku ekonomi kreatif sangat penting. Jangan sampai ada upaya menghalang-halangi,” pungkasnya.
Sementara itu, salah satu mahasiswa disabilitas UNIPAR Jember Gilang Riastanto mengatakan, kaum disabilitas kesulitan mendapatkan akses mengembangkan ekonomi kreatif. Bukan karena penyandang disabilitas tak ingin berbaur, namun adanya stigma buruk dalam masyarakat yang menjadi penghalang.
Karena itu, kaum disabilitas memilih menyerah untuk memulai ekonomi kreatif. Gilang menyebut, penyandang disabilitas melanjutkan pendidikan mayoritas karena ingin menjadi PNS.
“Kalau mengandalkan jaringan, disabiltas sering tersekat. Bukan disabilitas tidak mau berbaur, namun dari sana sudah distigma bahkan kami sudah berbeda,” katanya.
Sementara Staf Khusus Presiden Bidang Inovasi dan Pendidikan Gracia Josaphat Jobel Mambrasar mengatakan, pihaknya sudah keliling ke berbagai tempat di Indonesia untuk melakukan serap aspirasi, khususnya berkaitan dengan kemudahan akses pekerjaan.
Aspirasi yang disampaikan para pemuda di berbagai tempat akan ditampung dan disampaikan langsung ke Presiden, termasuk aspirasi yang diperoleh di Jember.
“Saat ini saya sedang melakukan perjalanan dinas untuk melakukan audiensi dengan pemuda di seluruh Indonesia. Kami akan sampaikan hasil serap aspirasi dalam bentuk rekomendasi kebijakan kepada presiden. Presiden berkomitmen meningkatkan akses lapangan pekerjaan di sektor UMKM dan ekonomi kreatif bagi anak muda,” pungkasnya.
Advertisement